Liputan6.com, Jakarta Pada zaman dahulu, songket merupakan kerajinan tangan tradisional yang berada di seluruh daerah Sumatera yang menghilang sejak Perang Dunia II karena kekurangan bahan baku.
Baca Juga
Advertisement
Berangkat dari permasalahan ini, Bernhard Bart, seorang arsitek yang berasal dari Swiss melakukan penelitian terhadap songket Minangkabau sejak tahun 1996. Bergabung dengan istrinya, Erika Dubler dan seorang partner baru yang telah memiliki banyak pengalaman di bidang marketing dan fashion, tiga serangkai ini akhirnya menghasilkan tenunan songket berkualitas bernama Palantaloom.
Palantaloom adalah penggabungan dari dua kata yang memiliki makna sama. Palanta berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti tenun. Sedangkan Loom berasal dari bahasa Inggris yang juga memiliki makna tenun. Arti Palantaloom sangat tepat karena semua hasil produk tenun nantinya diharapkan dapat menggerakan masyarakat di Sumatera Barat untuk belajar menenun dan membudayakan keahliannya ini.
Sampai saat ini, Palantaloom telah memiliki beragam tenunan dengan desain bervariasi, yaitu
1. Replika songket lama Minangkabau, berupa lebih dari 25 selendang tradisional.
2. Kontemporer design, berupa songket dengan desain kontemporer dan dasar motif tradisional.
3. Rumah Minangkabau Design, berupa songket dengan desain motif hasil stilisasi ragam hias ukiran rumah gadang Minangkabau.
4. Arca Design, berupa songket dengan desain motif yang diangkat dari ukiran pada pakaian arca Syamatara, arca Shiva-Nandiswara, dan arca Bhairawa-Buddha.
5. Motif Patola dari Gujarat, India, berupa songket dengan desain motif Patola yang dulu diperdagangkan orang Belanda.
Semua tenun Palantaloom dibuat langsung dari tangan penenun menggunakan alat tenun tradisional dan ulat sutra yang dicelup warna alam, dan logam emas-perak asli.
Prestasi terbaru dari songket Palantaloom adalah kemunculannya pada malam puncak pagelaran Fashion Festival dalam JFFF 2016. Bertempat di Ballroom Harris Hotel Kelapa Gading. Adrian Gan, seorang desainer Indonesia menampilkan berbagai rancangan busananya yang berkolaborasi dengan Palantaloom. Tujuan Adrian adalah mengangkat keindahan kain songket hasil karya para pengerajin di Bukittinggi.