Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengoperasikan dua alat pemantau kualitas udara Ibukota. Partikel udara yang dipantau adalah particular meter (PM) 2.5.
Alat-alat itu ditempatkan di 2 lokasi yang berbeda berbeda. Alat pertama diletakkan di gudang milik Kedutaan AS di Jakarta Selatan. Sementara 1 lainnya di Housing Complex atau kompleks perumahan buat diplomat muda AS yang terletak di Jakarta Pusat.
Menurut Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Blake pengukuran udara P.M. 2.5 sangat penting. Sebab, partikel udara ini ukurannya lebih kecil daripada yang biasa diukur.
Baca Juga
Advertisement
Blake menjelaskan, mengingat ukurannya sangat kecil, sehingga PM 2.5 harus begitu diperhatikan. Sebab, partikel udara itu bisa langsung masuk ke paru-paru dan aliran darah.
Mantan Dubes AS untuk Sri Langka ini menambahkan, ada 3 tujuan penting kenapa alat pemantau kualitas udara ini dipasang di Jakarta.
"Pertama-tama untuk meningkatkan data terkait kualitas udara. Kedua memberikan informasi sehingga para individu dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi terkait kesehatan mereka," sebut Blake di Housing Complex Kedutaan AS di Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2016).
"Kegunaan yang ketiga adalah untuk menginformasikan kerjasama yang dibangun antara Indonesia dan AS terkait mengenai masalah ini," sambung Blake.
Tak cuma di Indonesia, alat ini juga dipasang di puluhan perwakilan Kedutaan AS di seluruh dunia. Dari benua Asia hingga Eropa.
"Total ada 24 negara lain yang memasang alat ini. Contohnya di Kedutaan AS di Vietnam, Mongolia, Peru, Kosovo dan lain-lain," jelasnya.
"Ini juga menunjukkan upaya global kami memerangi perubahan iklim yang terjadi," kata dia.
Blake menjelaskan, hasil dari alat pemantau udara ini dapat diakses secara bebas oleh publik. Bagi siapa saja yang ingin mengetahui tinggal membuka laman Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA).
"Jika Anda membuka situs Kedutaan Besar AS, maka akan tautan menuju situs EPA. Anda tidak hanya bisa melihat kualitas udara di Jakarta, tetapi level udara di berbagai kota
lain di seluruh dunia," tutup Blake.