Liputan6.com, Jakarta Ketua MPR RI DR (HC) Zulkifli Hasan, Selasa 17 Mei 2016, di Pendopo Ds. AZR Wenas Kuranga Tomohon, Sulawesi Utara, membuka secara resmi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Sosialisasi yang diikuti oleh 600 peserta, terdiri dari dosen, mahasiswa, kader parpol, LSM, dan tokoh masyarakat, acara ini diselenggarakan oleh MPR RI bekerjasama dengan UKIT (Universitas Kristen Indonesia Tomohon), Sulawesi Utara.
Selain membuka acara sosialisasi Empat Pilar ini, Zulkifli juga berperan sebagai narasumber bersama Rektor UKIT. Yopie AT. Pangemanan, S.Pd., MM. dan anggota MPR RI Fraksi PAN Ali Taher, dan civitas akademika Universitas Kristen Indonesia Tomohon.
Advertisement
Dalam paparannya, Ketua MPR Zulkifli Hasan menceritakan di tahun 1960-an Bung Karno berpidato di sidang Umum PBB. Dalam pidatonya Bung Karno dengan tegas mengatakan bahwa Indonesia tidak ingin mempunyai ideologi ala barat maupun timur. Bung Karno Mengatakan Indonesia punya ideologi sendiri yaitu Pancasila.
Ketua MPR Zulkifli Hasan menegaskan bahwa Pancasila adalah cinta kasih, kasih sayang, gotong royong, dan musyawarah mufakat.
"Tapi, apakah cinta kasih dan kasih sayang itu masih melekat di keluarga kita sekarang ini, itulah yang menjadi masalah," ungkap Zulkifli, dan seperti biasa ia menjelaskan secara rinci makna pilar-pilar negara yang terkandung dalam Empat Pilar.
Untuk itu, Zulkifli mengharapkan, siapa pun yang mengaku warga negara Indonesia, setiap prilaku dan tindak tanduknya harus disinari oleh cahaya Pancasila. Politisi Partai Amanat Nasional asal Lampung lalu memberi ilustrasi soal ramai-ramai kaos bergambar palu arit.
Zulkifli memang meminta kita menanggapi hal itu jangan terlalu reaktif. Di negara asal komunis sana, kaos bergambar palu arit itu sudah menjadi gaya. "Tapi, secara ideologis, PKI itu sudah tidak ada lagi," katanya. Walaupun demikian, menurut Zulkifli, kita harus tetap waspada jangan sampai ideologi komunis ini bangkit kembali.
Bagaimana caranya agar setiap prilaku dan tindak tanduk kita disinari oleh Pancasila, adalah dengan cara musyawarah mufakat. Karena itu akan mendatangkan kesejahteraan. "Karena musyawarah mufakat itu asli Indonesia," kata Zulkifli Hasan.
(*)