Liputan6.com, New York - Harga emas mampu menguat di akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), meskipun sempat terombang-ambing di zona merah dan zona hijau selama perdagangan. Data ekonomi yang tak seirama menjadi penyebab harga emas terombang-ambing.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (18/5/2016), harga emas berjangka terus bergerak di dua sisi yaitu di zona positif dan negatif sepanjang perdagangan Selasa. Namun untuk kontrak Juni yang merupakan kontrak yang paling aktif diperdagangkan mampu ditutup naik 0,2 persen sehingga berakhir di angka US$ 1.276,90 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Baca Juga
Advertisement
Harga emas telah menguat cukup tinggi sepanjang tahun ini. Berdasarkan perhitungan Wall Street Journal, harga emas mampu naik 20 persen terhitung sejak awal tahun hingga pertengahan Mei 2016 ini.
Terdapat dua sentimen pendorong penguatan harga emas pada tahun ini. Sentimen pertama adalah pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang dunia lain. Kedua adalah ketidakpastian ekonomi global.
Pelemahan dolar AS membuat para broker atau pelaku pasar yang melakukan transaksi dengan mata uang lainnya bisa memperoleh untung lebih besar karena perbedaan nilai tukar. Sedangkan pelemahan ketidakpastian ekonomi global membuat pelaku pasar menyimpan instrumen investasi safe haven.
Untuk perdagangan Selasa, harga emas terombang-ambing karena data ekonomi AS berada di dua sisi. Data perumahan terus menguat namun izin pendirian bangunan baru melemah.
Data inflasi sudah sesuai dengan harapan namun Bank Sentral Atlanta justru memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini menjadi 2,5 persen dari sebelumnya 2,8 persen.
"Kami sedang menunggu katalis yang bisa mendorong pergerakan harga emas." jelas analis iTrader Bill Baruch.