Liputan6.com, Jayapura - Berstatus sebagai tim unggulan, Persipura Jayapura malah tampil meredup di Torabika Soccer Championship (TSC) presented by IM3 Ooredoo. Hingga pekan ketiga ini, tim berjuluk Mutiara Hitam tersebut belum sama sekali merasakan indahnya kemenangan. Ada apa dengan Persipura?
Dalam tiga laga ini, Boaz Solossa cs baru mengenyam dua poin, hasil dua kali imbang dan satu kekalahan. Bahkan, hasil ini merupakan yang terburuk sejak era Indonesia Super League (ISL).
Baca Juga
- Klasemen Akhir Liga Inggris: MU Gagal Gusur ManCity
- Kehancuran Karier Diego Costa Bersama Spanyol
- Membedah Perbedaan Persib Bandung Era Dejan dengan Djanur
Advertisement
Semenjak gagal meneruskan kiprahnya di Piala AFC 2015, karena masalah sepak bola Indonesia, performa Mutiara Hitam memang seakan menurun.
Tak ikut dalam turnamen Piala Presiden, Persipura mencoba peruntungannya di Piala Jenderal Sudirman. Memulai eksistensinya, Persipura sebenarnya sukses menjadi juara Grup B. Namun, itu diraih dengan hanya dua kemenangan penalti, satu menang normal dan satu kekalahan.
Melaju ke babak perempat final, Persipura bergabung dengan Arema Cronus, Pusamania Borneo FC (PBFC), dan Surabaya United. Diunggulkan, mereka malah melempem dan tak lolos lantaran hanya menang sekali dari tiga laga.
Begitu pula di Piala Bhayangkara. Malahan, hasil di turnamen ini lebih suram. Bermain di Grup B bersama Arema, Bali United, PS Polri, dan Persija, Persipura tak meraih satu kemenangan saja dan membuatnya berada di dasar klasemen.
Hasil itu pula yang membuat manajemen Persipura memutuskan untuk mendepak Osvaldo Lessa jelang Torabika Soccer Championship (TSC) presented by IM3 Ooredoo. Menunjuk Jafri Sastra yang sukses di Mitra Kukar, menjadi semangat baru Mutiara Hitam.
Kendati begitu, hasil minor tampaknya tak mau pergi dari Persipura. Sudah tiga pekan Torabika Soccer Championship (TSC) presented by IM3 Ooredoo bergulir, mereka masih belum bisa menang.
Tak Punya Jenderal Lini Tengah
Berbagai alasan dialamatkan kepada tim kebanggaan masyarakat Papua ini, salah satunya karena kehilangan beberapa pilar inti di lini tengah. Sebut saja Gerald Pangkali, Lim Jun Sik, dan Robertino Pugliara yang selama ini membuat lini tengah Persipura tangguh.
Tiga pemain tersebut saling mengisi di lini tengah dan mempunyai karakter masing-masing. Maka ketika ketiganya tidak ada, nyawa permainan Persipura seakan menghilang.
Selama ini, Persipura memang 'menggantungkan hidup' kepada playmaker asing. Saat kehilangan Zah Rahan Kranggar, mereka mendapatkan Robertino. Namun musim ini, mereka tak memiliki sosok seperti itu.
Sejatinya, Persipura sudah memasukkan satu nama playmaker, yakni Sengbah Kennedy. Namun, karena si pemain bertindak indisipliner, manajemen dan pelatih sepakat mencoretnya.
Alhasil, Persipura tak memiliki satu nama playmaker pun di timnya. Ini juga setelah pemainnya, Imanuel Wanggai harus menepi untuk beberapa lama akibat cedera yang dialaminya.
Advertisement
Transisi Pelatih
Selain karena masalah playmaker, transisi pelatih juga bisa jadi salah satu alasan. Tercatat, dalam tiga tahun terakhir, sudah tiga pelatih yang menangani Mutiara Hitam.
Dimulai saat Jacksen F Tiago pergi 2014 lalu, kemudian tongkat kepemimpinan dipegang Osvaldo Lessa. Namun nyatanya, Lessa belum mampu memegang tanggung jawab sebesar itu.
Ditunjuklah Jafri Sastra untuk menangani tim pada TSC ini. Melihat sepak terjangnya, Jafri Sastra tentu membutuhkan waktu. Apalagi, ini baru tim ketiganya dalam karier kepelatihannya, setelah Semen Padang dan Mitra Kukar.
Waktu mungkin bisa menjawab semua masalah pertanyaan di atas. Apalagi rapot Jafri Sastra terbilang apik untuk menangani pemain muda.
Semasa melatih Mitra Kukar, pelatih asli Padang itu sukses mencuatkan nama-nama seperti, Yogi Rahardian, Yanto Basna, dan Shahar Ginanjar. Papua tak pernah kehabisan stok pemain muda dan Jafri Sastra sesungguhnya memiliki potensi melakukannya lagi bersama Persipura.
Penulis: Indra Eka Setiawan