Liputan6.com, Lhasa - Tampaknya para pendaki Gunung Everest harus menahan diri, sebelum merayakan keberhasilan mereka menaklukkan puncak tertinggi di dunia itu.
Pasalnya, menurut laporan penelitian para ilmuwan yang dikutip dari Independent.co.uk, Rabu (18/5/2016), puncak Everest ternyata bukanlah gunung tertinggi di dunia.
Hasil penelitian menunjukkan, Himalaya sebenarnya tidak lebih tinggi dari Gunung Chimborazo, Ekuador. Hal tersebut merupakan dampak dari tidak ratanya bentuk Bumi, yang mengakibatkan Chimborazo terlihat lebih pendek.
Baca Juga
Advertisement
Padahal, gunung yang berada di Ekuador tersebut sebenarnya menjulang lebih tinggi ke angkasa, jauh meninggalkan Everest.
Namun, jika ketinggian puncak tersebut diukur secara tradisional, Everest memang yang tertinggi di antara pesaingnya, 9.000 meter di atas permukaan laut.
Hal tersebut diakibatkan oleh bentuk Bumi yang tidak bulat sempurna, tapi seperti bola yang bentuknya tertekan pipih di sepanjang sumbu dari kutub ke kutub, sehingga terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa.
Bentuk tersebut memberikan keuntungan bagi Chimborazo, membuat gunung itu lebih dekat dengan tonjolan pada tengah Bumi.
Menurut laporan yang disampaikan oleh para pendaki gunung dari institut penelitian Institut de Recherche pour le Developpement di Prancis, Gunung Everest dinyatakan 15 kaki atau 5 meter lebih rendah dibandingkan pengukuran sebelumnya.
Bahkan, dalam pengukuran lainnya, puncak gunung Himalaya itu tidak masuk dalam urutan gunung tertinggi, terutama jika diukur dari pusat Bumi.
Faktanya, gunung Mauna Kea di Hawai jauh lebih besar dari puncak ke pangkal. Namun, karena hampir sebagian dari Mauna Kea terletak di dalam lautan, gunung tersebut tidak bisa memecahkan rekor Everest.
Ketenaran Everest tidak hanya berasal dari fakta yang menyebutkan gunung tersebut merupakan yang tertinggi, tapi juga dari tingkat kesulitan pendakiannya.
Jika pendakian Gunung Chimborazo hanya memakan waktu dua minggu, Gunung Everest membutuhkan waktu sekitar dua bulan untuk mencapai puncak.