Liputan6.com, Jakarta Belajar dari kasus Deddy Dores, para ahli kardiovaskuler mengungkap fakta menarik seputar serangan jantung. Menurut mereka, pasien jantung bisa selamat dari ancaman kematian bila mengonsumsi statin.
"Dalam studi kami, sebanyak 87 persen pasien jantung tidak menerima intervensi sehingga risiko kematian dini lebih tinggi," kata Associate professor of cardiovascular health sciences di Leeds Institute of Cardiovascular and Metabolic Medicine,Dr Chris Gale, seperti dikutip Dailymail, Rabu (18/5/2016).
Yang menjadi sorotan disini, kata Gale, tidak ada perawatan atau pengawasan khusus apakah pasien menerima statin atau tidak.
"Hal ini terkait dengan banyaknya pasien yang meninggalkan rumah sakit tanpa resep statin-penurun kolesterol," ujar seorang konsultan ahli jantung di Rumah Sakit Royal Brompton, Prof Martin Cowie.
Cowie menerangkan, pasien jantung biasanya memiliki gejala khas seperti nyeri dada yang parah yang menjalar ke rahang, bahu dan lengan, bersamaan dengan keringat dan sesak napas.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan serangan jantung yang ringan memiliki gejala seperti angina (nyeri dada atau ketidaknyamanan, mual, pusing) yang bisa muncul dan hilang kapan saja. Namun keduanya bisa berakibat fatal.
"Pedoman kesehatan telah menetapkan apa yang harus dilakukan selama perawatan di rumah sakit dan ada intervensi tertentu yang harus dilakukan. Seperti misalnya saat EKG apakah pasien harus penangangan segera atau bisa diresepkan beta blockers," ujar Cowie.
Di sisi lain, Direktur medis dari British Heart Foundation, Profesor Peter Weissberg, mengatakan, statin dapat membantu mengurangi risiko serangan jantung lebih lanjut, tetapi penelitian terbaru ini menunjukkan beberapa orang tidak diresepkan lagi.
"Paramedis terlatih harus bisa menentukan serangan jantung yang serius dengan menggunakan EKG. Sebab ada perbedaan pengobatan dan kecepatan pengobatan yang membuat perawatan dapat berjalan," katanya.
Setiap tujuh menit, satu orang di Inggris akan mengalami serangan jantung. Setidaknya, sekitar 50.000 pria dan 32.000 wanita memiliki serangan jantung setiap tahun, dan sekitar sepertiga akan meninggal.
Secara global, penyebab kematian nomor satu setiap tahun adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit ini terjadi karena kebiasaan mengonsumsi junk food, stres dan rokok.
Data dari World Health Organization (WHO) menyatakan, setiap 6,5 detik, satu orang meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok juga telah diteliti dapat meningkatkan angka penderita penyakit jantung koroner dan stroke sebesar 2 hingga 4 kali lipat, tergantung dari lamanya seseorang merokok, serta jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya.
Sedangkan data Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat, pada 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah.
Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.