Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia turun menghapus keuntungan sebelumnya seiring penguatan dolar yang melebihi kenaikan permintaan pada produk olahan seperti bensin.
Melansir laman Wall Street Journal, Kamis (19/5/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Juni turun 12 sen atau 0,2 persen menjadi US$ 48,19 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara harga minyak Brent, patokan global, turun 35 sen atau 0,7 persen ke posisi US$ 48,93 per barel di ICE Futures Europe.
Harga minyak berjangka mengupas keuntungan setelah Federal Reserve memberikan sinyal jika kenaikan suku bunga acuan bisa terjadi pada Juni. Ini yang kemudian membuat dolar melompat.
The Wall Street Journal Indeks Dollar, yang melacak dolar terhadap sekeranjang mata uang lainnya, baru-baru ini naik 0,7 persen. Mata uang AS yang menguat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar diperdagangkan lebih mahal bagi pembeli asing.
Baca Juga
Advertisement
Harga minyak sempat melonjak di sesi terakhir ,terimbas pemadaman di Afrika dan Kanada serta penurunan produksi di AS yang memicu ekspektasi soal pasokan. Beberapa analis memperingatkan bahwa harga tetap bisa turun karena pasar masih kelebihan pasokan.
"Dengan harga minyak sekarang hampir di posisi US$ 50 per barel. Kita merasa bahwa pasar telah bergerak terlalu tinggi, terlalu jauh, terlalu cepat," kata analis BNP Paribas dalam catatannya.
Namun ternyata ada yang tidak setuju. Administrasi Informasi Energi AS melaporkan jika persediaan minyak mentah secara tak terduga naik 1,3 juta barel menjadi 541,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 13 Mei.
Tapi dikatakan stok produk olahan termasuk bensin dan sulingan seperti bahan bakar diesel turun lebih dari kenaikan persediaan minyak mentah. Permintaan untuk produk olahan naik menjadi lebih dari 20 juta barel per hari, menurut perkiraan EIA. Ini tingkat mingguan tertinggi sejak Januari.
"Kami memang memiliki penarikan besar dan kuat dalam bensin dan minyak sulingan. Ini akan mendukung harga yang lebih tinggi dalam jangka pendek....Saya pikir sekitar US$ 50," kata Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di First Standard Financial.
Gangguan produksi di seluruh dunia terus menjadi pendorong untuk harga minyak. Kebakaran di Kanada mendorong harga minyak naik ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Harga minyak terus menerus mencapai rekor tertinggi sepanjang tahun ini sejak terjadinya kebakaran di Kanada tersebut.