Liputan6.com, Sochi - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi selalu tampil dengan gaya konsisten, terutama dengan bandana yang selalu dikenakan dalam kegiatan formal. Lantas, apakah ada alasan khusus Retno memakai penutup kepala itu?
"Itu karena kalau di Istana harus naik buggy (kendaraan yang mengantar menteri ke tempat rapat). Sampai Kantor Presiden morat-marit, rambut bisa berantakan," kata Retno di Hotel Rodisson Blu, Sochi, Rusia, Kamis (19/5/2016).
Dia melanjutkan, usai rapat pun dirinya sering dicegat oleh wartawan. Sebagai Menteri Luar Negeri, akan kurang baik jika tampil acak-acakkan. Oleh karena itulah ia memilih mengenakan bandana, agar rambutnya tidak berantakan.
"Kalau pakai ini (bandana), rambut akan tetap steady, enggak perlu sisir-sisir dulu," ujar Retno.
Dia juga menuturkan bandana yang dimiliki beragam warna. Hal itu dilakukan untuk tetap tampil segar sekaligus tetap gaya.
"Saya ada 20 warna bandana berbeda. Ada yang warna maroon, warna hijau, dan lain-lain," cerita Retno.
Kaya Pengalaman Internasional
Sebagai Menteri Luar Negeri ke-18 Indonesia, perempuan kelahiran Semarang, 27 November 1962 itu sebelumnya menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda. Dia memulai jabatannya pada 21 Desember 2012.
Sebagai sosok menteri luar negeri, Retno kaya pengalaman internasional karena sebelumnya dia juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Amerika dan Eropa di Kementerian Luar Negeri sejak April 2008 hingga Januari 2012. Dengan tugasnya itu dia mengelola hubungan Indonesia dengan 87 negara di Eropa dan Amerika.
Baca Juga
Advertisement
Retno meraih gelar S-2 di Haagsche Hooge School Jurusan Hukum EU, Den Haag. Pada 2005 hingga 2008 dia menjadi duta besar untuk Kerajaaan Norwegia dan Republik Islandia.
Istri dari arsitek Agus Marsudi itu juga pernah mendapat penghargaan Bintang Jasa Grand Officer dari Raja Norwegia. Dia adalah orang Indonesia pertama meraih kehormatan itu.
Ibu dari Dyota Marsudi dan Bagas Marsudi itu juga pernah menduduki berbagai jabatan penting di Kemlu RI, termasuk sebagai Direktur Eropa Barat (2003-2005) dan Direktur Kerja Sama Intra Kawasan Amerika-Eropa (2001-2003).