Prenjak, Burung Nakal dari Yogyakarta Terbang Sampai Cannes

Prenjak, In The Year of Monkey, diputar di Theater Miramar, Cannes, dalam program Pekan Kritik Festival Film Cannes.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Mei 2016, 13:20 WIB
Prenjak, In The Year of Monkey, diputar di Theater Miramar, Cannes, dalam program Pekan Kritik Festival Film Cannes.

Liputan6.com, Cannes - Saat ini, ajang akbar Festival Film Cannes tengah digelar di Prancis. Salah satu wakil Indonesia dalam acara ini, adalah Wregas Bhanuteja, yang masuk seleksi dalam salah satu program pendamping festival ini, yakni La Semaine de la Critique atau Pekan Kritik.

Film pendek besutan Wregas, berjudul Prenjak, In The Year of Monkey, diputar di Theater Miramar, Cannes, bersama dengan film pendek lain dari Prancis, Kanada, Hungaria, Yunani, dan sejumlah negara lainnya.

Behind the Scene film pendek Prenjak dari Wregas Bhanuteja (dokumentasi Wregas Bhanuteja)

Bagi Wregas Bhanuteja, berdiri di festival seakbar ini adalah perngalaman tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Ini adalah kedatanganku pertama ke Cannes," ujar Wregas Bhanuteja di panggung sebelum pemutaran perdana Film Prenjak, pada Minggu (15/5/2016). Di hadapan para penonton, Wregas juga menceritakan sedikit mengenai isi film ini. "Aku datang dari Indonesia, dan aku membawa ceritaku ini dari kotaku, Yogyakarta," ujarnya.

Film Prenjak terinspirasi dari fenomena nyata yang ada di Kota Pelajar di era tahun 1980-an. Seorang perempuan bernama Diah yang butuh uang, mencoba mencari peruntungan dengan menjual korek api. Namun ia menjualnya dengan cara tak biasa. Satu batang korek api dihargai Rp 10 ribu. Mahal memang, namun sang pembeli dapat mengintip anggota tubuhnya yang rahasia dengan korek api tersebut.

Meski sempat khawatir apakah publik luar negeri bisa menerima tradisi Jawa dalam film ini, ternyata dari sekitar 300 penonton, banyak yang tertawa saat menyaksikan film ini. 

Ditemui di kesempatan terpisah, sebelum keberangkatannya ke Prancis, Wregas memang mengaku penasaran dengan fenomena tersebut. "Saya diberitahu dulu memang ada perempuan yang menjual korek seperti ini, tapi sekarang tidak ada. Jadi sekalian saja saya buat filmnya," katanya.

Wregas Bhanuteja, Pemenang Film Pendek Terfavorit menerima penghargaan di acara penutupan XXI Short Film Festival 2015 di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Minggu (22/3/2015).(Liputan6.com/Yoppy Renato)

Charles Tesson, Artistic Director dari La Semaine de la Critique Cannes, juga sempat memberi komentar terhadap Prenjak yang dipilih dari 1.500 karya film pendek yang masuk ke panitia tahun ini.

"Ikuti sisi gelap dan nakal dari Prenjak, yang dibuat oleh sineas Indonesia Wregas Bhanuteja, di mana usaha menyambung hidup berharga sama dengan sebatang korek api," ujar Charles Tesson. (Ant)

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya