Liputan6.com, Jakarta Tekanan dari lingkungan luar juga memengaruhi pasangan yang sudah menikah lama tapi belum juga dikaruniai anak. Secara psikologis, pasangan yang selalu mendapat pertanyaan "kapan punya anak?" akan berhubungan seksual tidak lagi didasari rasa cinta, melainkan mirip atlet yang akan bertanding.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau atlet mau bertanding 'kan harus latihan. Supaya cepat punya anak, mereka berhubungan seksual kayak atlet. Sama seperti program bayi tabung, berhubungan seksual harus pakai jadwal. Siapa yang mau berhubungan seksual pakai jadwal seperti itu?," kata Psikolog Seksual, Zoya Amirin usai live streaming di Redaksi Liputan6.com, SCTV Tower, Senayan City, Jakarta, Kamis (19/5/2016)
Menurut Zoya, salah satu alasan banyak pasangan yang gagal jalani program bayi tabung, karena berhubungan seksual sesuai jadwal itu terlalu diseriusin. "Berhubungan seksual kayak atlet, bukan lagi ekspresi cinta. Padahal, anak kan buah cinta," kata Zoya.
Itulah mengapa banyak pasangan yang sulit hamil, padahal baik perempuan maupun laki-laki dinyatakan sehat. Menurut Zoya, hal ini karena rasa kepo orang lain yang ingin tahu urusan pasangan tersebut.
"Contohnya, berapa banyak perempuan yang habis melahirkan tidak bisa menyusui anaknya? Itu karena dia stres. Makanya itu, saya selalu bilang, waktu bikin anak dan sesudah punya anak harus dibuat senang. Stres itu mengganggu reproduksi kita," kata Zoya menambahkan.