Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis Indonesia mampu menjadi kiblat busana muslim dunia pada 2020. Alasannya, Indonesia memiliki pasar dan pelaku industri fashion yang besar dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim lainnya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengatakan, pemerintah menyadari fashion muslim merupakan komoditas paling potensi untuk memasuki pasar internasional. Karena itu, pemerintah mencanangkan Indonesia menjadi pusat mode muslim Asia pada 2018 dan di dunia pada 2020.
"Menjadi kiblat mode muslim dunia, berarti menjadi pusat inspirasi atau tren, pusat standardisasi kualitas, pusat produksi dan pusat belanja," ujar dia di Jakarta, Kamis (19/5/2016).
Baca Juga
Advertisement
Tjahya mengungkapkan, untuk mencapai target tersebut, diperlukan kesiapan sektor industri fashion dari hulu hingga hilir. Termasuk rantai pasok mulai dari pra-produksi, produksi, pemasaran hingga distribusi.
Dengan demikian, kata dia, butuh peran serta dari seluruh pihak, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap industri fashion Indonesia. Dibutuhkan keikutsertaan mulai dari pengusaha fashion muslim, produsen tekstil, pusat perbelanjaan, institusi swasta, dan pemerintah.
"Tren produk fashion di Indonesia, termasuk busana muslim pada periode 2011-2015 menunjukkan nilai positif dengan peningkatan 8,15 persen," kata dia.
Menurut Tjahya, pada 2014 kinerja ekspor produk busana muslim Indonesia mencapai US$ 4,63 miliar dengan tren pertumbuhan ekspor 2,3 persen. Kemudian pada 2015, ekspor tersebut menurun menjadi US$ 4,57 miliar.
"Tetapi pencapaian di Januari 2016 meningkat 2,13 persen dibandingkan Januari 2015, dari sebesar US$ 366,2 juta menjadi US$ 374 juta. Kita optimistis tren ini akan terus meningkat," tandas dia.