Menunggu Realisasi Holding BUMN Rumah Sakit

Pembentukan BUMN rumah sakit akan mendorong standar pelayanan.

oleh Agustina MelaniAchmad Dwi AfriyadiSeptian DenyIlyas Istianur Praditya diperbarui 19 Mei 2016, 22:25 WIB
Sempat dirawat beberapa hari di RS Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. Akhirnya Suhardi menghembuskan napas terakhirnya pada Kamis, Malam (28/8/2014) pukul 21.40 WIB(Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) mendorong pembentukan induk usaha atau holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembentukan holding ini untuk meningkatkan efisiensi.

Selain itu, Jokowi pernah menuturkan kalau ia ingin agar BUMN menjadi besar. Ia mencontohkan, Temasek maupun Khazanah yang sangat cepat melesat karena membentuk perusahaan holding yang benar.

"Itu saya kira urusan di Menteri BUMN. Tetapi saya ingin agar BUMN-BUMN kita ini menjadi besar, entah lewat re-evaluasi aset dan lain-lain itu. Saya kira urusan menteri, yang jelas saya ingin BUMN kita menuju BUMN yang besar, BUMN yang lincah, BUMN yang kuat," tutur Jokowi, seperti dikutip dari situs Setkab, pada Kamis 22 Oktober 2015.

Ada pun konsep pembentukan holding ini telah dikemukakan sejak era Tanri Abeng. Konsep ini pun terus berlanjut hingga ke era Menteri BUMN Rini Soemarno.

Pembentukan holding ini juga salah satu cara untuk melakukan perampingan perusahaan BUMN. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto pernah mengatakan, kalau keberadaan holding menunjukkan ada sinergi BUMN. Selain itu, holding mendorong terciptanya keuangan lebih kuat. Selain itu, holding juga mempermudah perusahaan untuk ekspansi.

"Selalu saya sampaikan holding adalah salah satu menuju sinergi untuk meningkatkan kemampuan perusahaan," tutur dia.

Namun pembentukan holding ini tidak mudah. Salah satu pembentukan holding perkebunan yang sudah direncanakan sejak era Sofyan Djalil baru terbentuk pada September 2014. Selain holding perkebunan juga terbentuk holding pupuk dan semen.

Kini Kementerian BUMN tengah mematangkan rencana pembentukan holding BUMN rumah sakit. Pembentukan holding ini untuk memperbaiki layanan efisiensi pengelolaan. Sebelumnya pemerintah menyatakan ada enam sektor BUMN yang jadi prioritas untuk holding BUMN.

Lalu apa saja holding BUMN yang jadi prioritas pemerintah? Apa yang melatar belakanging pembentukan holding rumah sakit BUMN? Berikut ulasannya seperti dirangkum pada Kamis (19/5/2016).

6 Prioritas Sektor BUMN Jadi Holding

Sejumlah kendaraan melintasi tol cikampek, Jawa Barat, Senin (13/7/2015). Volume kendaraan yang keluar pada ruas jalan Tol Cikampek dari Minggu (12/7) pagi hingga Senin (13/7), terpantau ramai lancar. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sekretaris Kabinet Pramono Anung menuturkan, dalam rapat terbatas yang dilakukan pada 29 Februari 2016, Menteri BUMN Rini Soemarno mengusulkan enam sektor untuk menjadi prioritas holding dalam jangka menengah.

Pramono menuturkan, ada pembentukan holding tersebut Presiden Jokowi ingin meniru kesuksesan Singapura yang mempunyai Temasek dan Malaysia yang memiliki Khazanah.

"Kalau bisa dilakukan, maka sinergitas di antara holding itu yang di antaranya di sektor perbankan, ketahanan energi, infrastruktur, pertambangan itu akan membuat betul-betul pembangunan holding membuat BUMN ke depan akan semakin kuat," ujar Pramono.

Dengan ada holding maka diharapkan BUMN untuk pengembangan bisnisnya tak mengandalkan penyertaan modal negara (PMN). Untuk mempercepat itu, pemerintah akan melakukan perubahan beberapa Peraturan Pemerintah (PP).

Ada pun enam sektor yang diusulkan untuk holding BUMN antara lain sektor jalan tol, pertambangan, energi, perbankan, perumahan dan jasa konstruksi serta rekayasa. Dari enam sektor itu, ada sejumlah sektor yang jadi prioritas jangka pendek antara lain jalan tol, pertambangan dan energi.

Bentuk Holding BUMN Rumah Sakit

Sempat dirawat beberapa hari di RS Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. Akhirnya Suhardi menghembuskan napas terakhirnya pada Kamis, Malam (28/8/2014) pukul 21.40 WIB(Liputan6.com/Johan Tallo)

Pembentukan rencana holding BUMN rumah sakit ini telah dilakukan pada 2015. Ketika itu, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro mengatakan pihaknya akan membentuk holding rumah sakit BUMN.

Perusahaan itu untuk mengatur standarisasi rumah sakit BUMN. Selain itu, ada holding BUMN rumah sakit dapat mendatangkan teknologi secara bersama-sama. Hal ini bisa memberikan nilai tambah.

Sementara itu, Ketua Sinergi BUMN Dany Amrul Ichdan mengakui, saat ini rumah sakit yang dimiliki beberapa BUMN memiliki standar pelayanan berbeda-beda. Mayoritas layanan rumah sakit yang berada di bawah naungan BUMN ini masih kalah ketimbang rumah sakit swasta.

Para pegawai BUMN pun mengakui hal itu. Sebagian besar karyawan di kementerian BUMN dan juga perusahaan BUMN lebih memilih untuk berobat di rumah sakit swasta.

"Saat ini hanya ada 40 persen karyawan BUMN yang berobat di rumah sakit BUMN, yang 60 persen berobat di rumah sakit luar, ini prihatin," ujar dia.

Rumah Sakit Terbesar Bakal Terbentuk

Seorang dokter membimbing pasien anak untuk mewarnai kertas bergambar telur Paskah di Rumah Sakit Siloam, Jakarta, Minggu (27/3). Kegiatan mewarnai gambar telur tersebut untuk menghibur pasien yang bertema

Selama ini posisi rumah sakit menjadi anak usaha perusahaan BUMN. Ketua Sinergi BUMN RS Dany Amrul Ichdan menuturkan, setidaknya ada 79 rumah sakit yang dimiliki beberapa perusahaan BUMN, dan semua itu dikelola oleh 40 perseroan terbatas (PT).

Jika semua rumah sakit tersebut berada salam satu pengelolaan atau menjadi satu holding maka pemerintah akan memiliki rumah sakit terbesar di Indonesia. Dalam hitungan kasar, jika semua rumah sakit tersebut berada dalam satu holding, total asetnya mencapai Rp 40 triliun.

"Di Indonesia ini yang terbesar karena‎ yang punya jaringan rumah sakit begitu banyaknya, punya provider rumah sakit begitu besarnya, punya aset yang sedemikian besarnya itu hanya BUMN," kata Dany di Kementerian BUMN, Kamis pekan ini.

Dany mengaku saat ini tengah melakukan pengumpulan kesepakatan dari beberapa pemilik rumah sakit di daerah untuk bisa mendukung rencana strategis yang dicanangkan Kementerian BUMN ini. Rumah sakit terbesar di Indonesia ini akan terbentuk sebelum Lebaran.

"‎Harusnya sih bisa sebelum lebaran, karena membentuk itu tidak begitu susah, karena sudah ada PT. Nah, anak perusahaan yang mengelola rumah sakit itu tinggal dijadikan saja salah satunya sebagai holding, sebagai induknya," ujar Deny.

Pembentukan BUMN RS Dorong Standar Pelayanan

Ilustrasi lorong rumah sakit (iStock)

Dany menuturkan, dengan pembentukan holding BUMN rumah sakit ini, nanti ada standar pelayanan dan pengelolaan yang ditetapkan. Standar tersebut saat ini tengah dibentuk seiring dengan finalisasi pembentukan holding rumah sakit tersebut.

Dengan adanya standar pelayanan dan pengelolaan ini, Dany menuturkan pelayanan dan fasilitas rumah sakit BUMN akan sama, bahkan lebih baik jika ‎dibanding rumah sakit swasta.

Ini sangat dimungkinkan mengingat jika holding ini terbentuk maka rumah sakit ini akan menjadi rumah sakit terbesar di Indonesia yang dilihat dari segi aset dan jaringan.

‎"Sumber Daya Manusianya juga akan ada perubahan paradigma besar-besaran, transformasi mindset. Jadi bisa bersaing sama swasta," tegasnya.

Saat ini setidaknya ada 40 Perseroan Terbatas (PT) yang menjadi anak usaha BUMN yang tugasnya mengelola rumah sakit. Dari total PT itu, terdapat 79 rumah sakit. Jika 79 rumah sakit itu digabungkan maka aset yang tercatat bisa mencapai Rp 40 triliun.

Dalam pembentukannya, nanti akan ditunjuk satu PT untuk menjadi holding BUMN rumah sakit ini. PT Perta Medika menjadi pengelola rumah sakit terbesar yang dimiliki Pertamina, jika dibandingkan anak usaha BUMN lainnya. (Yas/Amd/Dny/Ahm/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya