Liputan6.com, Jakarta Konsultan properti, Coldwell Banker Commercial menyatakan, perlambatan sektor properti baik perumahan maupun komersial terjadi hampir di seluruh negara, termasuk Indonesia. Perilaku orang Indonesia pun cenderung menunda pembelian apartemen, perumahan, maupu ruang kantor untuk kebutuhan investasi di negara lain, seperti Singapura dan Australia.
Vice Presiden Coldwell Banker Commercial, Dani Indra Bhatara mengungkapkan, banyak orang kaya Indonesia yang memiliki properti di
negara lain. Negara favorit orang Indonesia menyimpan aset propertinya, yakni di Singapura dan Australia.
"Alasan orang kaya Indonesia beli properti di Singapura dan Australia karena lebih prestise atau gengsi ya. Kan kalau punya properti di luar negeri membanggakan tuh,"ujar Dani saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (20/5/2016).
Baca Juga
Advertisement
Di samping itu, sambungnya, para borjuis Indonesia memiliki properti di negara lain karena alasan investasi mengingat harga properti, seperti perumahan dan apartemen kian meroket setiap tahun.
Namun kondisi melemah terjadi sejak tahun lalu hingga sekarang. Akibat perlambatan ekonomi dunia memicu berkurangnya permintaan di sektor perumahan dan apartemen maupun perkantoran, ritel, serta hotel.
"Investor banyak yang menunda pembelian karena ekonomi sedang slow down di seluruh negara. Jadi saya tidak yakin kalau sekarang ini orang Indonesia berinvestasi lagi. Kalaupun ada itu yang lama," jelas Dani.
Akibatnya, dia mengaku, permintaan rumah, apartemen dan perkantoran semakin surut, terutama untuk segmen menengah ke atas. Sementara permintaan properti di kelas menengah ke bawah mengalami kenaikan.
"Sekarang rumah atau apartemen yang laku di bawah harga Rp 250 juta per unit. Sedangkan apartemen yang di atas Rp 5 miliar sampai lebih dari Rp 10 miliar kurang diminati," terangnya.
Harapan besar, kata Dani bertumpu pada aliran dana yang masuk paska kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty. Uang ribuan triliun rupiah yang diperkirakan bakal membanjiri Indonesia, dinilainya dapat membantu pertumbuhan sektor properti ke keadaan normal.
"Prospek properti masih bagus, apalagi di Indonesia. Nah dengan dana repatriasi yang masuk bisa membangkitkan kembali sektor properti di Tanah Air. Harapannya terjadi permintaan besar-besaran lagi di pasar residensial seharga Rp 5 miliar ke atas," pungkas Dani.