Lindungi Anak, Ibu Hamil Dikapak Pemuda Stres

Pemuda Salatiga diduga depresi setelah tak kunjung mendapatkan pekerjaan.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 21 Mei 2016, 08:03 WIB
Pemuda Salatiga diduga depresi setelah tak kunjung mendapatkan pekerjaan.

Liputan6.com, Magelang - Seorang ibu muda yang tengah hamil dianiaya dengan sebuah kapak. Ibu muda bernama Wuwuh Handayani ini menjadi korban karena berupaya melindungi anaknya yang menjadi incaran seorang pemuda stres.

Kejadian dramatis ini terjadi di Kota Salatiga, Jawa Tengah pada Kamis 19 Mei 2016. Terduga pelakunya Wahyu Setyo Budi (31).  Wuwuh Handayani sesungguhnya merupakan adik dari Wahyu. Selain Wuwuh, ada empat korban lain yang juga masih tergolong saudara.

Menurut Fauzy, salah satu saksi mata, Wuwuh dianiaya ketika menolong anaknya, Andika (5), ketika dikejar Wahyu yang menggenggam kapak. Saat itu Andika lari sambil berteriak minta tolong.

"Waktu saya datang ke lokasi, pelaku sedang menyeret Wuwuh. Dia diseret, dibacok lagi, sebelumnya dia sudah kena waktu meluk Andika dari sabetan kapak. Sedangkan korban lainnya sudah tergeletak bersimbah darah," kata Fauzy (25), warga Kalitaman, saat ditemui di Rumah Sakit Dr Asmir (DKT) Salatiga, Jateng, Jumat (20/5/2016).

Selain menganiaya Wuwuh dan Andika, Wahyu atau biasa dipanggil Balung itu juga diduga menganiaya orangtuanya, Slamet Wahono (56) dan Tumiyem (50), serta nenek pelaku, Ny Minto (70).

Korban pertama yang berhasil dievakuasi oleh warga adalah Wuwuh dan ibunya, Tumiyem, dengan menggunakan truk yang tengah melintas di Jalan Kalitaman. Keduanya harus masuk ruang ICU di RS Dr Asmir.

Korban lainnya, yaitu Slamet, Ny Minto, dan Andika, dibawa dengan mobil patroli polisi. Slamet dan Ny Minto tidak menderita luka separah Wuwuh, Tumiyem, dan Andika. Keduanya sudah sadar saat berada di IGD rumah sakit militer tersebut.

Menurut Kasatreskrim Polresta Salatiga AKP Moch Zazid, tempurung kepala Andika bagian belakang mengalami retak. Zazid menyebutkan, penganiayaan itu menggunakan kapak pembelah kayu.

Saat itu juga Balung langsung ditangkap. Hal itu tak lain berkat kerja sama polisi dengan warga sekitar.

"Kebetulan sekitar 200 meter dari lokasi ada banyak petugas yang tengah menggelar Operasi Patuh Candi," kata Zazid.


Depresi

Aksi brutal Wahyu Setyo Budi yang kesehariannya tinggal di Kalitaman, Salatiga itu jelas mengejutkan para tetangga dan teman-temannya. Sebelumnya Wahyu dikenal sebagai pribadi yang baik, rajin, dan suka menolong. Ia juga sering merantau ke berbagai kota, baik di Jawa maupun luar Jawa.

Namun semenjak Balong pulang merantau dari Lampung, dia mulai menunjukkan perilaku yang ganjil. Seringkali ia serius mengamati berita televisi. Misalnya saat lagi ramai tentang eks Gafatar yang dipulangkan ke Jawa, dia takut itu jadi terorisme.

Seperti disampaikan salah satu saksi mata kasus ini, Fauzy. "Lama kelamaan menjauhi anak-anak, sering sendiri, dan tahu-tahu begini," tutur Fauzy.

Perubahan perilaku Wahyu ini, sambung dia, diduga karena depresi tidak segera memperoleh pekerjaan. Wahyu pulang dari Lampung dua bulan yang lalu dan tidak membawa hasil apapun.

"Terakhir dari Lampung dia enggak bawa uang, di rumah malu sama orangtua. Kemungkinan agak depresi," ujar Fauzy.

Sebelum membacok lima anggota keluarganya, tiga pekan yang lalu, Wahyu diketahui memegang pisau dan membayangkan kalau pisau tersebut dipakai untuk membunuh orang.

"Yang cerita teman saya yang kebetulan punya usaha rongsok. Waktu pelaku di sana, sempat pegang pisau dan ngomong 'pisau ini kalau buat bunuh orang gimana ya?," kata Fauzy menirukan ucapan temannya.

Kaget

Sementara itu para tetangga juga mengaku kaget. Tumini (43), warga RT 03 RW 04, Kampung Kalitaman, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, tak habis pikir dengan aksi sadis Wahyu terhadap kelima anggota keluarganya.

Menurut Tumini, Wahyu adalah sosok yang biasanya ceria, sopan, dan aktif bertegur sapa dengan para tetangga. Hanya dalam satu bulan terakhir ia menjadi pendiam dan suka tidak nyambung saat diajak bicara.

"Sejak pulang dari Lampung dia jadi orang pendiam, pandangannya kosong dan terkadang tidak konek ketika disapa tetangga. Dia sebelumnya suka merantau ke Sumatera dan Jakarta," ucap Tumini.

Kasat Reskrim Polres Salatiga AKP Mochamad Zazid mengatakan, dari keterangan saksi diketahui bahwa tersangka sudah dua tahun merantau di Lampung sebagai buruh bangunan dan baru kembali ke Salatiga sekitar dua bulan yang lalu.

"Tindak lanjutnya akan kita lengkapi dengan pemeriksaan secara psikologis. Korban semuanya selamat dan akan kita pantau terus kondisinya," kata Zazid.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya