Liputan6.com, Jakarta Pornografi dan minuman keras seringkali disangkutpautkan dengan tindak pemerkosaan. Pelaku bisa berkelit, tindakan keji itu terjadi lantaran pengaruh alkohol yang membuat ia tak sadar telah melakukan kejahatan tersebut.
"Pemerkosaan itu bukan single faktor, selalu ada multifaktor. Pornografi dan miras ini masuk ke dalam kategori ada pengaruh tapi tidak signifikan. Miras sebenarnya bisa tapi tidak sebegitu amat. Orang mabok banget biasanya akan mengantuk dan tidak akan bisa ereksi. So, agak aneh kalau ada orang yang mabuk berat mampu melakukan itu," kata Psikolog Seksual, Zoya Amirin kepada Health Liputan6.com ditulis Jumat (20/5/2016)
Inti dari semua yang multifaktor itu, jelas Zoya, banyak laki-laki yang ingin menunjukkan kekuatannya ke perempuan. Tapi, karena pada dasarnya pelaku adalah laki-laki cemen dan pengecut, ia tak mampu menunjukkan kekuatannya seorang diri dan lebih senang berkelompok.
"Karena mereka laki-laki cemen, makanya berkelompok sehingga mereka merasa kuat," kata Zoya menambahkan.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Zoya, kita semua bisa mencegah tindak pemerkosaan ini dengan mendidik laki-laki supaya berlaku baik ke perempuan. Laki-laki sejati adalah yang menjaga, menyayangi, dan melindungi perempuan. Baik itu ibu, nenek, atau perempuan yang mereka sayang, mereka kagumi, termasuk perempuan yang ditaksir. "Dilindungi, bukan dengan memerkosa untuk menunjukkan power-nya," kata Zoya.
Zoya melanjutkan, masyarakat kita belum semuanya memiliki budaya mengajarkan anak laki-laki untuk bersikap baik, bukan malah sibuk mengajarkan perempuan cara berpakaian. Mau sesopan apa pun pakaian yang dikenakan seorang perempuan, laki-laki tetap akan berani melakukan sesuatu di luar kendali lantaran sudah dipengaruhi hawa nafsu dan tidak pernah diajarkan untuk bersikap sopan ke perempuan.
"Kalau kita secara dasar mau mengajarkan anak laki-laki kita menghormati perempuan, dengan menyadari bahwa tidak ada perempuan mana pun yang pantas diperkosa, saya yakin pemerkosaan akan berkurang," kata Zoya menambahkan.
Kemiskinan disinyalir turut memengaruhi perilaku semacam ini. Kemiskinan membuat seseorang hanya mampu membeli rumah sepetak, sehingga semua kegiatan bisa dilihat jelas oleh si anak.
"Ibu bapak berhubungan seksual, mungkin. Dan segala macamnya. Karena memang tidak ada lagi batasan-batasan. Semua yang dilakukan orangtua dilihat sama anak," kata Zoya.