Uniknya Tradisi Nyadran, Ritual Adat Menyambut Bulan Ramadan

Dengan banyaknya akulturasi budaya yang sekarang terjadi, hal itu tidak melunturkan tradisi nyadran dalam adat Jawa sekarang ini.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Mei 2016, 08:05 WIB
Dengan banyaknya akulturasi budaya yang sekarang terjadi, hal itu tidak melunturkan Tradisi Nyadran dalam adat Jawa sekarang ini.

Liputan6.com, Jakarta Dengan banyaknya akulturasi budaya yang sekarang terjadi, hal itu tidak melunturkan tradisi nyadran dalam adat Jawa sekarang ini. Hingga saat ini masyarakat Jawa di perkotaan pun masih rutin menggelar tradisi nyadran ini.

Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab. Kali ini upacara nyadran dilaksanakan pada hari Minggu, 22 Mei 2016 di Makam Petompon, Kelurahan Petompon Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang.

Tradisi nyadran merupakan serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, sraddhayang yang artinya keyakinan. Nyadran biasanya diawali dengan doa dengan pembacaan ayat Al-Quran, zikir, tahlil, dan doa, kemudian ditutup dengan makan bersama.

Selanjutnya nyadran dilanjutkan dengan kegiatan pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan menggelar kenduri atau makan bersama. Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional.

Antusias warga Petompon dan sekitarnya memang terlihat jelas dengan penuhnya makam yang berisi para warga yang mengikuti acara ini. Tidak hanya orangtua saja, anak-anak dan remaja pun turut hadir dalam acara ini.

“Tradisi ini selalu digelar tiap tahunnya, sebab tradisi ini sudah turun temurun. Acara ini juga membantu memperkenalkan pada generasi selanjutnya serta memperkuat tradisi di Jawa ini meskipun banyak sekali pengaruh asing yang sekarang dapat menghilangkan tradisi ini,” ujar Hermani, salah satu warga.

Penulis: 

Indah Nur Masita

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Diponegero

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya