Liputan6.com, Jakarta Hamil anggur sering disebut sebagai sebuah kondisi yang mistis lantaran tak ada janin di dalam kandungan. Yang berkembang hanya gumpalan darah membentuk benjolan-benjolan berupa tumor yang mirip buah anggur.
"Kenapa dibilang mistis? Karena hasil test pack positif, rahim membesar, mengalami morning sickness, tapi tidak ada janinnya. Nanti di usia kandungan ke berapa, si calon ibu mulai menyadari tak ada gerakan di perutnya," kata Dr Taufik Jaman SpOG kepada Health-Liputan6.com, Minggu (22/5/2016)
Berat janin juga terlihat lebih besar dari usia sebenarnya. "Misal usia kandungan 10 minggu, besarnya kandungan kayak umur 16 minggu. Setelah diperiksa ternyata hanya berisi darah, bukan janin," kata Taufik menambahkan.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi ini dinamakan juga sebagai mola komplit, terjadi produksi jaringan berlebihan yang seharusnya membentuk plasenta.
"Hamil anggur itu ada dua jenis. Yang pertama kehamilan mola komplit itu, cuma bola-bola berisi darah bukan janin. Ada juga yang berisi janin tapi kondisinya abnormal, yang bisa saja berkembang jadi kehamilan mola, yang dinamakan parsial mola," ujar Taufik.
Ada pun penyebabnya, jelas Taufik, karena kelainan kromosom sehingga bibit menjadi kurang baik.
"Sedangkan gejalanya adalah perdarahan, flek, muntah yang hebat disertai dada berdebar," kata Taufik.
Taufik menyarankan agar perempuan yang dinyatakan positif hamil untuk segera memeriksakan ke dokter kandungan supaya tahu apakah itu hamil sungguhan atau hamil anggur.
"Kebanyakan datang sudah di usia kehamilan yang 16 minggu. Empat bulan dia tidak mengecek kandungannya. Soalnya, kita tidak tahu apakah itu hamil anggur atau bukan kalau tidak di-USG," kata dia menjelaskan.
Menurutnya, perempuan yang mengalami hamil anggur masih bisa memiliki anak meski menunggu dua sampai tiga siklus terlebih dahulu, karena harus jalani terapi.
"Masih bisa punya anak, asal langsung dikuret, di-follow up kadar beta HCg-nya, hormon kehamilan darah harus kembali normal setelah dikuret," kata Taufik menjelaskan.
"Jangan dibiarkan, karena berisiko berkembang menjadi PTG yang justru menyulitkan perempuan untuk hamil. Karena ini akan memengaruhi dinding rahim. Perempuan yang mau hamil kan dinding rahimnya harus bangus," kata dia menekankan-