India Luncurkan Pesawat Ulang-Alik Mini ke Angkasa Luar

India juga berharap akan meluncurkan pesawat ulang alik yang yang bisa digunakan kembali dalam tempo satu dekade.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 24 Mei 2016, 10:18 WIB
India juga berharap akan meluncurkan pesawat ulang alik yang yang bisa digunakan kembali dalam tempo satu dekade.

Liputan6.com, Andhra Pradesh - India meluncurkan sebuah pesawat ulang-alik mini tak berawak, Reusable Launch Vehicle (RLV-TD). Hal itu menambah jumlah negara dan perusahaan yang mengembangkan pesawat antariksa yang dapat digunakan kembali.

Dilansir dari BBC, Selasa (24/5/2016), pesawat berukuran 7 meter itu lepas landas dari Andhra Pradesh, diperkirakan terbang ke atmosfer sejauh 70 km sebelum meluncur di laut.

Pesawat ulang-alik Reusable Launch Vehicle (RLV-TD) tersebut diluncurkan pada Senin 23 Mei di Sriharikota. Pesawat dengan bobot 1,75 ton itu tidak diarahkan untuk bertahan lama, namun dirancang agar badan antariksa India atau Indian Space Research Organisation (Isro) bisa mengumpulkan data penting dalam kecepatan hipersonik dan pendaratan secara mandiri.

Model pesawat ini dikembangkan selama lima tahun terakhir dengan biaya 1 miliar rupee atau sekitar Rp 190 miliar.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, memuji 'upaya-upaya tekun' yang melibatkan para ilmuwan negerinya itu.

Sejak NASA menghentikan program ulang-alik pada 2011, muncul kompetisi skala internasional untuk merancang pesawat ruang angkasa alternatif yang dapat digunakan kembali.

Berbagai perusahaan pribadi seperti SpaceX milik miliarder Elon Musk dan Blue Origin yang didirikan oleh Jeff Bezo mencoba untuk mengisi kekosongan tersebut.

Pesawat-pesawat seperti itu akan memotong biaya eksplorasi misi angkasa luar besar-besaran.

India mengerahkan penelitian dan sumber daya yang besar untuk program ruang angkasa. Sebuah wahana yang mengorbit planet Mars diluncurkan pada tahun 2013, merupakan wahana antariksa mereka paling canggih sampai saat ini.

India juga berharap akan meluncurkan pesawat ulang alik yang yang bisa digunakan kembali dalam tempo satu dekade.

Kini sejumlah negara seperti Jepang, Eropa dan Rusia juga dalam tahap pengujian untuk teknologi serupa. Kapan Indonesia?

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya