Kenaikan Harga Bahan Pokok Bukan karena Permainan

Perlu ada perhitungan tepat antara persediaan dan permintaan untuk bahan pokok.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Mei 2016, 15:45 WIB
Pedagang ayam menunggu pembeli di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/5). BPS mengatakan laju inflasi nasional akan tetap terkendali dan rendah hingga memasuki periode puasa Ramadhan pada Juni 2016.. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga ayam, daging, dan bawang yang terjadi belakangan ini diduga bukan karena aksi permainan. Hal tersebut diperkirakan akibat perhitungan pasokan dan kebutuhan yang kurang tepat.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan kenaikan harga tidak disebabkan permainan. Hal tersebut dapat dilihat pada komoditas bawang yang ketika dirilis harga sebenarnya memang Rp 40 ribu per kilogram (kg).

"Tidak dong, (ada permainan) kalau harga tinggi bawang Rp 40 ribu. Kalau ada yang mempermainkan harga ini sudah dirilis harusnya dengan harga segitu," kata Panggah, usai rapat‎ koordinasi harga pangan terkait harga ayam, daging, beras dan bawang merah, di Kantor Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (24/5/2016).

Panggah mengungkapkan saat ini ‎pasokan ayam, daging, dan bawang merah terus‎ bergulir ke pasar, tetapi harganya masih tetap tinggi.

Karena itu, dipastikan ada kekurangan pasokan, sehingga komoditas tersebut masih belum memenuhi kebutuhan yang berujung pada kenaikan harga.

"Masalahnya yang terjadi harga masih tinggi. Supply ada kalau harga tinggi berarti ada yang tidak pas.‎ Bukan tidak ada masalah (pasokan). Kalau harga tinggi berarti kurang," ujar Panggah.

‎Panggah menuturkan, untuk mengatasi kenaikan harga pangan, antara lain ayam, daging, dan bawang, perlu ada perhitungan yang tepat terhadap pasokan dan kebutuhan. ‎Jadi pasokan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

‎"Intinya begini lo kita harus ada perhitungan yang tepat mengenai supply dan demand, jadi ada perhitungan itu dan indikatornya harga, belum tentu akurat kalau supply demand, tapi kalau harga itu secara sesuatu yang dipegang," ujar Panggah. (Pew/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya