Ahok Ancam Copot Pejabat PAM Jaya, Ini Alasannya

Ahok akan mengganti pejabat PAM Jaya, apabila kerja sama menambah pasokan air baku di DKI kali ini lamban.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 25 Mei 2016, 14:32 WIB
Ahok foto bersama usai tanda tangan kerja sama antara PT Jakpro dengan PAM Jaya. (Liputan6.com/Delvira Chairani Hutabarat)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku sudah cukup sabar menunggu agar PAM Jaya menangani kekurangan air baku di Ibu Kota.

Menurut Ahok, PAM Jaya sudah empat tahun tak bisa menangani kebocoran 40 persen air. Ahok pun menginstruksikan PT Jakpro bekerja sama dengan PT Memiontec Indonesia--cabang perusahaan Amemiontec Singapura, membangun water treatmen plant (WTP) atau otimalisasi penambahan air baku melalui Kanal Banjir Barat (KBB).

"PAM bocor 40 persen, kenapa ngotot minta perbaiki pipa? Kalau pipa jelek, bangun baru. Saya jadi curiga juga. Makanya saya pikir undang perusahaan luar," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Rabu (25/5/2016).

Menurut Ahok, sudah saatnya DKI berpikir menambah sumber air baku, tidak hanya untuk kebutuhan melainkan juga untuk bisnis.

"Banyak perumahan enggak ada air, padahal itu peluang bisnis. Lebih baik bangun baru daripada ngotot perbaiki pipa. Enggak ada penambahan air bersih," kata dia.


"PAM enggak berani, makanya ada Jakpro harus bisa. Harus cepat ini PAM. Saya sudah sabar nunggu udah empat tahun. Terlalu lambat, banyak alasan. Enggak ada alasan buat bangun di Jakarta ini," sambung Ahok.

Mantan Bupati Belitung Timur itu mengancam akan mengganti pejabat PAM Jaya, apabila kerja sama menambah pasokan air baku di DKI kali ini lamban.

"Saya jadi suuzan, saya pusing juga ganti CEO ini. Kalau enggak mau gerak cepat langsung ganti baru," tegas Ahok.

PT Jakpro hari ini menandatangani perjanjian kerja sama dengan PAM Jaya, terkait optimalisasi penambahan air baku melalui Kanal Banjir Barat (KBB).

Saat ini DKI kekurangan air baku 9.000 liter per detik. Melalui kerja sama ini, diharapkan mengurangi kekurangan 500 liter per detik. Bahkan, sejak 1998, tak ada penambahan pasokan air baku di Jakarta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya