Liputan6.com, Lampung - Semakin hari, jumlah film asing yang masuk ke Indonesia kian banyak dan beragam. Hal ini membuat Lembaga Sensor Film (LSF) harus pintar-pintar melakukan penyensoran sebelum film-film tersebut ditayangkan.
Sayangnya, jumlah sumber daya manusianya kalah dengan banyaknya film yang masuk. Itu sebabnya, LSF mencanangkan program swasensor, di mana masyarakat bisa melakukan penyensoran terhadap film dan tayangan lainnya secara mandiri.
Lembaga Sensor Film juga menyatakan budaya bangsa Indonesia sudah melemah akibat gempuran film-film asing.
"Film mempunyai peran strategis dalam peningkatan ketahanan budaya bangsa. Zaman dulu yang ada hanya perang fisik dan senjata, sekarang perang budaya. Budaya bangsa Indonesia dirusak dengan banyaknya film-film porno yang beredar," ujar Imam Suhardjo, selaku Ketua Komisi I Bidang Penyensoran dan Dialog dalam Sosialisasi LSF di Bandar Lampung, baru-baru ini.
Baca Juga
Advertisement
Padahal sejatinya Indonesia tidak kalah kaya dari negara-negara lain yang lebih maju. Sayangnya, hanya Jakarta dan Bali saja yang menjadi ikon Indonesia. Padahal sebagai negara kepulauan, Indonesia punya banyak kisah daerah yang tak kalah menarik dari cerita film-film asing untuk difilmkan.
"Apa yang kurang dari Indonesia ini? Kita ini terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku, bahasa, banyak sekali kerajaan yang masing-masing punya kisah. Jadikan Indonesia ini tetap warna-warni, jangan di Jakarta saja yang punya cerita. Mari para seniman, gali lah karya budaya daerah," Imam menegaskan.
Jika terus menerus diabaikan, budaya barat diyakini akan mulai menguasai Tanah Air. Dan hal itu akan membahayakan moral, perilaku serta sikap anak-anak di masa yang akan datang.
"Kalau televisi dibatasi, kalau televisi tidak diawasi, saya tidak tahu dalam beberapa tahun ke depan apa yang akan terjadi pada negara kita," tambah M. Iqbal Rasyid, selaku Koordinator Bidang Perizinan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Lampung.