Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan kembali harga minyak mentah atau minyak fosil harus diwaspadai oleh para pengusaha sawit. Saat ini banyak produsen minyak fosil menghentikan produksi karena harga yang rendah. Jika nanti harga terus merangka naik maka para produsen minyak fosil bakal kembali berporduksi sehingga bisa merebut porsi minyak sawit di biodiesel.
Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengingatkan para pengusaha kelapa sawit untuk tidak terlena dengan kenaikan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar internasional. Pasalnya, harga minyak mentah (crude oil) yang dalam tren meningkat dinilai akan mempengaruhi harga CPO.
Thomas mengatakan, saat ini harga CPO berada pada kisaran US$ 750 per ton. Harga tersebut jauh meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar US$ 480 per ton.
"Dalam 18 bulan ini kita menikmati kenaikan harga sawit dari sekitar US$ 480 per menjadi sekarang US$ 750 per ton. Ini dampak dari fenomena El Nino tahun lalu sehingga produksi turun 10 persen dan mengurangi over supply," ujar dia diJakarta, Kamis (26/5/2016).
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan harga minyak mentah di pasar internasional saat ini tengah dalam tren meningkat. Jika sebelumnya sempat jatuh ke kisaran US$ 30 per barel, kini harga tersebut berada pada kisaran US$ 50 per barel.
"Naiknya kembali harga minyak mentah, dari dulu sempat menembus US$ 110 kemudian turun ke U$ 30 per barel. Tapi dalam 6 bulan terakhir sudah mendekati US$ 50 per barel. Ini tentu punya dampak ke harga minyak sawit melalui biodieselnya," kata dia.
Menurut Thomas, jika harga minyak mentah kembali naik, maka produsen yang sebelumnya menghentikan lini produksinya akan terdorong untuk kembali berproduksi. Dengan demikian, pasokan minyak mentah akan meningkat dan akan menggantikan minyak sawit melalui biodieselnya.
"Kita harus mulai waspada khususnya harga CPO. Karena kenaikan minyak mentah suatu rebound yang luar biasa. Yang kita harapkan harga minyak mentah stabil, itu sudah sangat bagus. Saat ini banyak produsen di Timur Tengah, Rusia sedang siap-siap untuk produksi lagi. Kemarin mereka stop produksi karena percuma produksi tapi rugi. Ini jangan sampai harga turun lagi. Fenomena El Nino juga mulai reda dan potensi over supply minya sawit terjadi kembali," jelas dia.
Agar tidak terjadi over supply CPO yang mengakibatkan harga internasional kembali turun, lanjut Thomas, maka negara penghasil CPO seperti Indonesia harus gencar melakukan promosi komoditas tersebut. Dengan demikian, pasokan dan permintaan CPO seimbang sehingga menekan terjadinya gejolak harga.
"Kita semua sebagai industri sawit harus waspada. Kita antisipasi jangan karena kenaikan harga minyak mentah mengganggu harga CPO. Kita harus terus giat melakukan marketing menyampaikan aspek baik, jualan di selusuh dunia dan mengembangkan produktivitas minyak sawit," tandas dia.