Liputan6.com, Cilegon - Kapal Motor Penumpang (KMP) Port Link V yang sedang berlayar di Selat Sunda dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni dikabarkan telah dibajak dua perompak.
Dua pembajak ini nekat menabrakkan KMP Port Link V ke kapal lainnya yang sedang berlayar di tengah laut.
Akibatnya, bahan bakar minyak (BBM) kapal pun tumpah mengotori Selat Sunda. Mendapat laporan itu, satu regu Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI-AL yang berjumlah tujuh orang bersama Polair Polda Banten, Basarnas, dan Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) berangkat ke tengah Selat Sunda.
Mereka berangkat untuk menyelamatkan penumpang kapal yang dibajak itu dan membersihkan tumpahan minyak di tengah laut.
Baku tembak pun tak terelakkan untuk melumpuhkan para perompak KMP Port Link V tersebut. Pasukan Denjaka pun menuntaskan misinya.
Begitulah, kejadian tersebut hanyalah simulasi dan latihan gabungan yang berlangsung di Pelabuhan Indah Kyat, Kota Cilegon, Banten.
"Kita berbicara kepulauan, transportasi kelautan sangat diperlukan, potensi pencemaran selalu ada. Bagaimana minyak ini ke darat, kalau sudah ke darat sangat susah ditangani," kata Dirut KPLP Gajah Rooseno yang ditemui usai simulasi di Pelabuhan Indah Kyat, Kota Cilegon, Banten, Kamis (26/05/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dia menuturkan, kerawanan kecelakaan dan tumpahan minyak di perairan Selat Sunda sama dengan Selat Malaka. Karena, Selat Malaka masuk ke dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I dan Selat Sunda termasuk ke dalam ALKI II.
"Selat sunda ALKI II, sangat potensi penyeberangan kapal asing. Sangat rawan pencemaran dan tabrakan, jadi kita harus cepat menangani. Selat Sunda harus jadi lalu lintas damai," tutur Rooseno.
Rooseno mengatakan, bahwa Selat Sunda memiliki potensi rawan kecelakaan laut sebesar 30 persen secara nasional, "Presentasi kecelakaan masih 30 persen, masih normal," tandas Rooseno.