Deburan Ombak di Museum Pusaka Nias

Berbeda dengan museum lain, Museum Pusaka Nias menjadi magnet tersendiri bagi orang Nias.

oleh Retno Wulandari diperbarui 26 Mei 2016, 18:13 WIB
Berbeda dengan museum lain, Museum Pusaka Nias menjadi magnet tersendiri bagi orang Nias.

Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan museum bukanlah tujuan wisata menarik bagi orang Indonesia. Selain hanya melihat yang itu-itu saja, tak ada aktivitas lain yang bisa menghibur. Ini yang membuat kebanyakan museum di Indonesia sepi pengunjung.

Namun tidak demikian dengan Museum Pusaka Nias, yang terletak di Jalan Yos Sudarso 134A Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara. Di halamannya, terlihat kendaraan pengunjung memadati tempat. Sampai-sampai hari itu Kamis (5/5/2016), mobil yang saya tumpangi hampir tak bisa parkir saking penuhnya lahan parkir museum itu.

Museum seluas kurang lebih 2 hektare ini memang berbeda dengan museum-museum pada umumnya. Museum yang dikelola oleh Yayasan Pusaka Nias ini menyuguhkan tiga obyek wisata sekaligus, yakni kebun binatang, pantai, serta panorama keindahan laut yang elok. Alasan inilah rupanya yang membuat Museum Pusaka Nias tak pernah sepi pengunjung.

Sebuah omo hada dan omo bale yang dibangun di bagian depan komplek museum menyita perhatian saya. Konstruksi bangunannya yang unik menggelitik saya untuk mengabadikannya, sekaligus singgah di rumah adat tersebut untuk sejenak berteduh dari sengatan matahari yang siang itu bersinar cukup terik.

Tujuan pertama saya adalah ke bangunan museum. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 5.000, saya pun dapat langsung melihat koleksi benda-benda museum yang menurut penjaga museum berjumlah kurang lebih 6.000 koleksi. Pada masing-masing benda koleksi museum yang dipajang disertai penjelasan.

“Semua koleksi berjumlah kurang lebih 6.000 yang didapat dari seluruh kampung yang ada di pulau Nias,” kata penjaga museum Hezatulo Nduru yang menemani saya.

Terdapat empat ruangan bangunan pameran museum yang saling terhubung secara melingkar. Ditambah satu atrium di bagian tengah sebagai ruang khusus megalit. Pada ruang pertama kita dapat menyaksikan maket/replika rumah besar seperti yang ada di kampung adat Bawomataluo, serta beberapa benda koleksi seperti bolanafo beragam motif. Sejak di dalam ruangan pertama ini, ada larangan untuk memotret demi keamanan benda-benda koleksi museum.

“Mohon maaf, demi keamanan benda-benda koleksi, pengunjung dilarang mengambil foto,”  ujar Hezatulo Nduru, yang akrab disapa Ama Elsa Nduru, mengingatkan saya saat hendak memotret salah satu replika rumah adat.

Memasuki ruangan kedua, lebih bertemakan pesta, mulai dari berbagai bentuk perhiasan dan barang-barang berharga lainnya, peralatan dapur dan peralatan jamuan yang terbuat dari kayu, batu dan keramik. Ada juga maket rumah adat dengan berbagai ukiran dan monumen di sekitarnya sebagai simbol tingginya status. Berbagai takaran, pakaian, tempat duduk yang sekaligus sebagai usungan pada saat prosesi pesta adat, hingga berbagai bentuk peti jenazah sebagai akhir dari kehidupan serta artefak yang digunakan pada perayaan pesta religi kuno.

Sedangkan pada ruangan ketiga bertopik tentang hidup keseharian ono niha (orang Nias), mulai dari tempat hunian peralatan hidup keseharian yang menyangkut seni, pertanian, pertukangan, perburuan kepala manusia, perburuan hewan untuk makanan hingga pada kepercayaan pada kekuatan yang bersifat magis.

Pada ruangan keempat lebih banyak diisi koleksi temporer. Beragam koleksi foto para misionaris dari Eropa yang menyebarkan Injil di tanah Nias, baik itu para pastor maupun pendeta. Sejarah penyebaran Injil ke Pulau Nias juga ada di sini.

Bagian terakhir adalah ruangan yang terletak di bagian tengah. Terdapat berbagai koleksi peninggalan leluhur yang masih dipengaruhi oleh budaya megalit. Batu-batu besar yang diukir menyerupai manusia, binatang, dan bentuk-bentuk lainnya tersaji di ruangan ini. Juga lisplang rumah yang dipahat dengan aneka ukiran. Menurut Ama Elsa, semua benda megalit ini berasal dari Lahusa-Gomo.

Obyek kebun binatang dan Panorama Laut

Usai menengok koleksi sejarah yang ada di dalam museum, saya pun berkeliling menyaksikan koleksi binatang. Meskipun jumlah binatang sangat terbatas, keberadaan kebun binatang di museum pusaka nias memberikan hiburan tersendiri, khususnya bagi anak-anak. Ada buaya, monyet, rusa, dan beberapa burung hias.

Sembari berkeliling menyaksikan kebun binatang, pengunjung bisa sekaligus menikmati panorama laut yang dapat memanjakan mata. Tak hanya itu jika ingin sekedar menikmati sepoi-sepoi angin laut, pegunjung dapat duduk di gazebo yang sengaja dibangun menghadap laut.

Bagi pengunjung yang ingin merasakan langsung sensasi berendam di laut juga tersedia di sini. Terdapat kolam renang yang menyatu dengan laut. Hanya dibatasi batu-batu karang yang disusun mengelilingi sedemikian rupa. Anak-anak hingga orang dewasa dapat berenang dan berendam di kolam ini.

Kehadiran Museum yang digagas oleh Pastor Johannes OFMCap ini pada akhirnya menjadi daya tarik tersendiri. Museum ini bermanfaat tidak hanya bagi masyarakat Nias, tetapi juga masyarakat luar Nias, bahkan masyarakat dunia yang ingin belajar tentang budaya leluhur Nias yang konon telah ada sejak zaman Megalitikum.

 

 

  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya