Liputan6.com, Caracas - Ada sebuah tempat misterius di timur Pegunungan Andes, tepatnya di dataran banjir Sungai Orinoco di Amerika Selatan.
Tempat misterius itu -- yang disebut Surales -- berupa lanskap gundukan-gundukan hijau, dengan lubang-lubang dalam di antaranya.
Gundukan tersebut tertata dalam pola yang rumit, ada yang melingkar hingga membentuk labirin.
Karena pengaturannya yang teratur, banyak orang mengira, itu dibangun oleh sejumlah insinyur. Namun, faktanya, gundukan tersebut terbentuk oleh makhluk sederhana: cacing tanah.
Baca Juga
Advertisement
Namun, mereka bukan cacing tanah biasa. Masing-masing individu memiliki ukuran besar, hingga sepanjang 1 meter.
Deskripsi tentang Surales bisa ditemukan sejak tahun 1940-an. Namun, tak ada ilmuwan yang serius menelitinya.
Hingga akhirnya, Anne Zangerlé dari Braunschweig University of Technology Jerman dan Delphine Renard dari McGill University, Montreal, Kanada memimpin sebuah tim internasional untuk mengeksplorasi dan menemukan bagaimana Surales bisa terbentuk. Temuan mereka dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS ONE.
Mereka menemukan permukaan tiap-tiap gundukan tanah dipenuhi kotoran cacing tanah yang disebut 'cast' -- yang ukurannya secara tak terduga besar-besar.
"Diameternya 5 cm, hal yang tak biasa bagi cacing tanah," kata para ilmuwan, seperti dikutip dari BBC Earth, Sabtu (28/5/2016). "Rata-rata cast di Eropa jarang yang besarnya mencapai 1,5 cm."
Besaran kotoran tersebut mengindikasikan, hewan yang menghasilkannya juga berukuran tak biasa.
Cacing tanah terbesar yang ditemukan di area tersebut termasuk dalam genus Andiorrhinus, yang panjang tubuhnya bisa mencapai 1 meter.
Spesies tersebut juga mendominasi area genangan air yang berada di antara gundukan. Zangerlé dan Renard yakin, makhluk tersebut bertanggung jawab atas pembentukan pola unik di area tersebut.
Pola Makan Kaku
Selama beberapa dekade, cacing tanah Andiorrhinus terjebak dalam pola makan yang kaku. Mereka menyantap makanan di lubang banjir dan mengeluarkan kotoran di lokasi yang sama.
Seiring waktu, kotoran mereka menyatu dan membentuk gundukan-gundukan besar yang diameternya mencapai 5 meter dan tinggi hingga 2 meter.
"Karena jumlah tanah yang mereka makan terbatas, maka yang terbentuk bukanlah sebuah gundukan besar," kata Vincent Deblauwe dari University of Yaoundé I di Kamerun, yang tak terlibat dalam studi.
"Proses pelapukan mengikis gundukan yang sungguh tinggi, dan akhirnya membentu gundukan-gundukan yang menjulang konstan."
Bisa jadi, para cacing tanah itu membentuk gundukan sebagai bagian dari pertahanan diri. Untuk mengamankan mereka.
Sebab, dataran Orinoco mengalami banjir setiap tahunnya. Sementara, fakta menunjukkan, tinggi gundukan kotoran cacing berada di atas permukaan air.
Itu berarti, meski digenangi air, para cacing punya tempat untuk untuk bertengger dan bernapas.
Seiring waktu, gundukan lain bermunculan di dekatnya. Karena cacing-cacing terus makan, itu membuat lubang-lubang di antara gundukan lebih dalam.
Gundukan yang ditata dalam pola yang reguler berkaitan dengan kebiasaan makan para cacing. "Para cacing tanah mengumpulkan tanah hanya dari radius jarak tertentu dari gundukan," kata Deblauwe.
Seiring tumbuhnya gundukan tersebut, makhluk lain mulai menggunakannya untuk melarikan diri dari banjir. Spesies cacing tanah lain membantu membangunnya, dan akar tanaman memperkuat serta mempertahankannya.
Saat cacing tanah pemilik gundukan mati, sesamanya akan mengambil alih, memastikannya terus tumbuh.
Zangerlé dan Renard menemukan bahwa gundukan dan wilayah yang ada di antaranya adalah habitat yang sangat berbeda, meskipun mereka tepat di sebelah satu sama lain.
Belum juga terjawab mengapa lanskap Surales memiliki bentuk yang berbeda, bervariasi antara gundukan bulat dan labirin yang rumit dan panjang.
"Bagaimana topografi, dan faktor lingkungan lain yang mungkin mempengaruhi bentuk Surales adalah salah satu pertanyaan yang menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut," kata Zangerlé dan Renard.