Liputan6.com, Gowa - Dari Gowa, Sulawesi Selatan, terlahirlah Syekh Yusuf Al-Makasari Al-Bantani pada 1626 yang kemudian dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional. Dia adalah ulama sufi yang berhasil menyebarkan agama Islam hingga daratan Afrika.
Dia meninggal di Cape Town, Afrika Selatan pada 23 Mei 1699 dengan usia 72 tahun. Dari Afrika, jenazahnya dibawa dan dimakamkan di Gowa.
Hingga kini warga masih ramai mendatangi makamnya di Jalan Syekh Yusuf, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Namun miris jika melihat pemandangan makam itu kini.
Sejumlah warga sekitar kompleks makam Syekh Yusuf memiliki tradisi aneh. Mereka menggunakan botol miras jenis wiski sebagai wadah minyak wangi yang dipakai untuk disiramkan ke batu nisan Syekh Yusuf.
Pantauan Liputan6.com, Sabtu (28/5/2016), pemandangan memilukan itu dapat dengan mudah ditemukan ketika melintas di ruas Jalan Syekh Yusuf yang secara geografis berbatasan dengan kota Makassar. Bekas-bekas botol miras itu dijajakan di atas lapak-lapak penjual kembang.
Seorang penjual kembang Kasmawati Daeng Ti'no mengaku, botol miras sebagai wadah minyak wangi itu dijual satu paket dengan kembang.
"Semua sudah pakai uang beli kembang, apalagi minyak harum dengan botolnya," kata Kasmawati kepada Liputan6.com sambil mengiris duri daun pandan.
Hal ini disayangkan oleh tokoh ulama setempat, Ustaz Muhammad Iqbal Djalil. Dia menilai, perilaku memilukan itu lantaran rendahnya kualitas pendidikan masyarakat setempat.
"Apalagi cairan minyak harum itu akan disiramkan di batu nisan Pahlawan Nasional. Dan intinya juga adalah masalah rendahnya kualitas pendidikan yang mengakibatkan hal itu terjadi," ucap Muhammad Iqbal Djalil.
Advertisement