Liputan6.com, Jakarta Selain pendidikan seks, menstruasi pun jadi topik penting untuk dibicarakan kepada anak perempuan. Meski seorang ibu sudah terbuka untuk membicarakan masalah menstruasi kepada anaknya, masih banyak anak perempuan hingga dewasa muda yang masih malu membicarakan hal tersebut.
Seperti dilansir dari laman Telegraph, Senin (29/5/2016), anak perempuan hingga dewasa muda berkisar usia 16-24 tahun di Inggris masih malu untuk terbuka mengenai menstruasinya.
Sebuah studi yang ditujukan kepada 1.000 perempuan Inggris menunjukkan sebesar 54 persen anak perempuan dan wanita (usia 20-26 tahun) memilih untuk menghindar saat memperbincangkan menstruasi mereka. Peneliti menemukan bahwa setengah juta anak perempuan dan wanita melewatkan kegiatan sekolah dan pekerjaan karena menstruasi mereka.
Baca Juga
Advertisement
Penelitian yang diterbitkan dalam ActionAid ini pun mengungkap hanya seperempat dari mereka yang mengatakan dengan jujur, bahwa ketidakhadirannya di sekolah atau kantor disebabkan masa menstruasi.
Jessica Holland dari ActionAid mengatakan, "Menstruasi seorang wanita dapat mempengaruhi diri mereka. Namun penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa sekolah dan kantor memberikan cuti menstruasi, tetapi mayoritas dari mereka tidak akan berkata jujur karena tidak merasa nyaman saat membicarakan menstruasinya."
Penelitian lainnya pun menemukan fakta terkait rasa enggan atau malu yang dirasakan wanita perihal menstruasi mereka. Survei yang diarahkan kepada 1.041 wanita di Inggris, dua per tiga dari mereka mengaku menghindari dilema akan "kebocoran" atau harus menyembunyikan pembalut saat hendak jalan ke toilet.
Barbara Frost, selaku Chief Executive dari WaterAid’s, mengatakan wanita perlu diberikan ruang kenyamanan selama menstruasinya. Seperti menyediakan akses air bersih di toilet kantor atau sekolah, juga tempat yang aman dan nyaman untuk mencuci pembalut mereka.