Liputan6.com, Jakarta - Siapa bilang surga investasi hanya di Indonesia? Kini Indonesia harus bersaing ketat dengan Vietnam, India, dan Myanmar untuk memperebutkan investasi. Ketiga negara tersebut mengiming-imingi dengan sejumlah kemudahan bagi para investor yang mau menanamkan modalnya.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani memuji kehebatan Vietnam, India, dan Myanmar dalam implementasi kebijakan kemudahan berinvestasi di tingkat pusat dan daerah.
"Saya dalam berbagai kunjungan melihatVietnam, India, dan Myanmar begitu solid dalam menghasilkan kebijakan danimplementasinya bersinergi dengan Pemerintah Daerah (Pemda)," tegasnya saat Konferensi Pers dikantornya,Jakarta, Senin (30/5/2016).
Baca Juga
Advertisement
Lebih jauh dijelaskan Franky, kebijakan pemerintah pusat di tiga negara tersebut bisa langsung diterima pemda. Para investor dapat langsung investasi di daerah-daerah tersebut, diberi kemudahan sehingga kondisi tersebut perlu menjadi pelajaran bagi Indonesia.
"Mereka menjual perizinan kemudahan investasi, yakni setiap keputusan di pusat bisa diimplementasikan di daerah sehingga mereka mendorong adanya kawasan industri dan komunitas-komunitas di kawasan tersebut untuk masuk," terang Franky.
Katanya, persaingan Indonesia semakin ketat dalam memperebutkan investasi. Kompetisi ini harus dihadapi dengan kolaborasi apik antara pemerintah pusat dan daerah agar menciptakan kebijakan yang semakin memudahkan para penanam modal masuk ke Indonesia.
"Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) kuncinya, izin investasi 3 jam, serta implementasi layanan Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) yang akan ditambah menjadi 50 kawasan industri pada tahun depan. Saat ini, pelaksanaan KLIK ditargetkan di 25 kawasan industri," jelas Franky.
Dengan strategi ini, sambungnya, pemerintah memanjakan investor yang ingin membangun pabrik di sebuah daerah. Tinggal langsung datang, beli lahan dan segala bahan baku, maka si investor dapat langsung melakukan konstruksi.
"Saat ini kan KLIK masih diimplementasikan di 14 kawasan industri dengan luas 10 ribu hektare (ha) saja. Sementara peminatnya masih besar. Jadi semakin banyak daerah yang masuk ke KLIK, maka akan semakin mudah investor asing memilih lokasi tersebut," katanya.