Filosofi Batik Sebagai Tuntunan Berperilaku

Motif-motif pada kain batik mengandung filosofi yang dalam. Untuk itu, dalam memakai busana batik perlu dipahami pula filosofi tersebut sebagai tuntunan berperilaku.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Nov 2009, 09:42 WIB
Liputan6.com, Sleman: Proses penciptaan motif pada kain batik tidak asal dibuat, tetapi harus mengandung nilai filosofi sebagai ungkapan cipta rasa dan karsa. Dengan pemahaman ini maka dalam memakai busana batik tidak asal pakai, tapi perlu mengerti filosofi yang terkandung di dalamnya sebagai tuntunan berperilaku.

Hal itu dikemukakan Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Aji Wulantoro, di sela fashion show busana batik dalam memperingati HUT Korpri di Sleman, Yogyakarta, belum lama ini. Menurut dia, filosofi dalam karya batik itu mencakup sopan santun, baik kata dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Pengenalan batik kepada para anggota Korpri, kata Aji, diharapkan dapat memberi teladan bagi masyarakat. "Karena batik sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai salah satu budaya Indonesia, maka masyarakat harus mengenakannya dengan baik, karena batik merupakan karya dan budaya bangsa Indonesia," katanya seperti dikutip ANTARA.

Sementara itu, pemerhati batik Suliantoro Sulaiman mengatakan kain batik dapat didesain menurut kreativitas para perancang busana. Misalnya bentuk kemeja, rok, kerudung maupun kaus. Namun yang perlu diperhatikan adalah penggunaan batik sesuai dengan acara yang diselenggarakan apakah formal maupun nonformal, kata Suliantoro.(TES)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya