Liputan6.com, Brownsville - Setelah peristiwa ditembaknya seekor gorila bernama Harambe di kebun binatang kota Cincinnati, negara bagian Ohio, ada seseorang yang tidak dapat menyembunyikan kesedihannya.
Jerry Stones, orang tersebut, adalah mantan pengasuh sang gorila ketika masih kecil.
Namun demikian, mantan pengasuh gorila dengan berat lebih dari 180 kg itu tidak dapat menyalahkan keputusan pihak berwenang untuk menembak kera besar itu, walaupun ia mengatakan bahwa hewan itu biasanya adalah "sang raksasa yang lembut hati".
Baca Juga
Advertisement
Stones membesarkan Harambe sejak lahirnya dan ia mengaku menangis seharian ketika mendengar bahwa gorila punggung perak itu telah ditembak mati oleh petugas kebun binatang hanya 1 hari setelah ulang tahun ke 17 bagi hewan itu.
Dikutip dari New York Daily News pada Selasa (31/5/2016), sejumlah netizen meluapkan amarahnya kepada orangtua sang balita. Sejumlah orang pun menyalahkan pihak kebun binatang yang dinilai 'gegabah'.
Menanggapi hal itu, orangtua anak tersebut mengatakan, "Kami sangat berterima kasih untuk tindakan cepat oleh para pegawai Kebun Binatang Cincinatti. Kami sadar bahwa itu adalah keputusan yang sulit bagi mereka, dan mereka berduka atas kehilangan sang gorila."
Kata Stones (74) kepada New York Daily News, "Seorang pria tua juga bisa menangis. Ia adalah mahluk yang khusus dalam hidup saya. Harambe ada dalam hati saya. Rasanya seperti kehilangan anggota keluarga."
Stones adalah seorang direktur di Kebun Binatang Gladys Porter di kota Brownsville, di negara bagian Texas. Ia cukup lama mengasuh Harambe sebelum hewan itu dipindahkan ke Cincinatti pada tahun lalu.
"Saya membesarkannya sejak bayi, ia adalah seekor mahluk mungil yang menggemaskan. Ia bertumbuh menjadi seekor pejantan yang gagah. Ia sangat pintar. Sangat, sangat pintar," ujar Stones. "Pikirannya terus berputar. Ia adalah suatu karakter yang tajam."
Stones, yang berkiprah dalam bisnis kebun binatang selama 50 tahun, mengucapkan selamat tinggal kepada Harambe pada 2015, demikian menurut suatu laman Facebook ketika ia mengumumkan perpindahan Harambe.
"Ada perasaan campur aduk antara sedih dan gembira, ketika kami mempersiapkan Harambe, salah satu gorila Dataran Rendah Barat, untuk perjalanan ke rumah barunya," demikian bunyi unggahan laman Facebook milik Kebun Binatang Gladys Porter.
Pada Sabtu siang lalu, Harambe mati ditembak setelah seorang balita lelaki berusia 4 tahun terjatuh ke dalam kandang Gorilla World.
Gorila punggung perak dapat mencapai usia 60 tahun di penangkaran dan cenderung menjadi "raksasa berhati lembut", kata Stones. Tapi tidak bisa diduga apakah kehadiran balita dalam kandang itu memicu suatu tanggapan agresif.
"Tetap saja anak itu dalam bahaya. Sungguh serangkaian keadaan yang tragis yang menyebabkan seekor gorila muda berada dalam situasi asing dan akhirnya menjadi berbahaya baginya," kata Stones.
"Dapatkah kamu bayangkan apa yang berkecamuk dalam pikiran orangtuanya? Tidak peduli apapun yang dilakukan Harambe, dalam pikiran mereka ia harus dilumpuhkan."
Sejumlah orang membawa bunga tanda berduka ke patung gorila di luar Kebun Binatang Cincinati pada Minggu lalu, setelah kematian Harambe. Reaksipun bermunculan di media sosial tentang caranya anak itu terjerumus dalam kandang.
"Sedihnya, sepertinya Harambe sedang melindungi anak itu lebih daripada orangtuanya sendiri," kata pengguna Twitter bernama Britt Rosenthal.
Letnan Steve Saunders, jurubicara polisi Cincinnati, mengatakan belum ada rencana untuk mendakwa orangtuan sang balita walaupun ramainya kegeraman masyarakat. Identitas keluarga sang balita tidak diungkapkan.
Sementara itu, sudah beredar petisi secara daring yang menyerukan "keadilan" bagi gorila yang terbunuh itu. Petisi di laman Change.org itu berbunyi, "Gorila gagah ini kehilangan nyawanya karena orangtua balita lelaki itu tidak becus mengawasi anaknya." Sudah ada 400 orang yang menandatangani petisi.