Liputan6.com, Jakarta - Film-film bertema ilmiah memang terkadang membuat kita terkagum-kagum. Betapa tidak, di dalamnya selalu terdapat berbagai teknologi baru dengan hal-hal canggih yang kadang tak terpikirkan oleh banyak orang.
Sayangnya, tak semua film bertema fiksi ilmiah memiliki akurasi dalam penyampaian teori sains di dalamnya. Beberapa konsep ilmiah yang dimaksudkan untuk memberi kesan logis, terkadang malah menjadi tak masuk akal.
Baca Juga
Advertisement
Hal itu terbukti setelah beberapa pakar dan orang-orang yang lebih paham terkait hal-hal ilmiah mulai angkat suara. Uniknya, beberapa film yang punya kesalahan dalam konsep ilmiah justru cukup laris di box office.
Namun begitu, tetap saja kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para sineas itu tak bisa ditolerir oleh beberapa kalangan. Terlebih lagi buat para penggemar film yang memahami teori-teori sains di dalamnya.
Untuk lebih lengkapnya, mari kita simak enam judul film bertema fiksi ilmiah yang di dalamnya terdapat kesalahan fatal dalam menggambarkan tema sains, seperti dikutip dari io9.gizmodo.com.
Armageddon
Armageddon (1998)
Di film Armageddon, penonton disuguhkan oleh satu masa ketika sebuah asteroid seukuran wilayah Texas sedang menuju bumi. Kecepatannya pun terhitung sangat tinggi.
Skenario film lalu menggambarkan ketika NASA mengirim karakter yang dimainkan Bruce Willis bersama penambang minyak terbang ke luar angkasa. Mereka membuat lubang di asteroid, menaruh nuklir, lalu meledakkan batu raksasa itu agar menjauh dari planet ini.
Pada kenyataannya ketidakakuratan film ini tak hanya satu. Pertama, sungguh mustahil bagi para penambang ini untuk bisa menaruh nuklir tepat pada waktunya. Terlebih lagi, para pahlawan di film ini digambarkan memasangnya di menit terakhir yang sangat mustahil untuk dicapai dengan kecepatan meteor seperti itu.
Lalu ketika para penambang mengebor sedalam 800 kaki untuk menaruh bom nuklir, dipastikan sangat mustahil untuk mencegah jatuhnya asteroid. Asteroid sebesar Texas dengan lubang sebesar itu, ibarat cuma melubangi ujung permukaan bola bowling saja. Tentunya, ledakan ini tak akan berpengaruh apa-apa bagi asteroid raksasa itu. Ironisnya, beberapa pakar dari NASA turut dilibatkan dalam film ini.
Advertisement
Jurassic Park
Jurassic Park (1993)
Kisah dalam Jurassic Park menggambarkan sekelompok orang yang terjebak di taman bermain berisi dinosaurus. Kita melihat hal ilmiah ditampilkan dengan memanipulasi DNA hewan tertentu hingga terciptalah dinosaurus.
Kenyataannya, jika kita ingin membuat klon dari DNA yang berada di dalam batu ambar (batu berwarna kuning) berusia 65 juta tahun, tentunya ada masa kadaluwarsa.
Ahli DNA bahkan mengatakan kalau kita tak bisa mengubah satu spesies ke spesies lainnya. Apalagi di film ini, DNA yang ada sudah tercemar milik serangga. Lalu apakah jika kita bisa mengekstrak DNA secara sempurna bila telah tercemar DNA makhluk lain?
Ternyata tidak. Kita membutuhkan telur dinosaurus hidup untuk melakukan implantasi. Karena seluruh dinosaurus sudah punah, maka tidak ada cara apa pun untuk bisa mengembangkannya seperti yang ada di dalam Jurassic Park.
Independence Day
Independence Day (1996)
Independence Day menggambarkan ras alien berteknologi tinggi yang menjajah bumi hingga menghancurkan wilayah-wilayah penting planet ini. Karakter yang dimainkan Will Smith, Jeff Goldblum, dan bintang besar lain berhasil meretas jaringan komputer milik alien hingga bumi terselamatkan.
Namun pada kenyataannya, sangat mustahil bagi karakter yang diperankan Jeff Goldblum untuk bisa menemukan cara kerja komputer milik alien. Terlebih lagi mereka berhasil menciptakan virus untuk bisa melumpuhkan sistem para penjajah luar planet itu.
Lebih parah lagi, karakter tersebut bisa menciptakan sebuah data dalam waktu satu jam. Alien tersebut juga memiliki lubang paralel seperti yang ada di Bumi sehingga manusia diizinkan untuk mengakses sistem kendali mereka. Bahkan teknologi iPad saja belum tentu bisa diretas pada masa itu.
Advertisement
The Core
The Core (2003)
Kisah dalam The Core menitikberatkan soal inti bumi yang berhenti berotasi. Alhasil medan magnet planet kita berantakan, radiasi gelombang mikro menyayat atmosfer dan dunia kacau. Hillary Swank dan krunya yang pemberani harus mengebor ke pusat bumi dan mengaktifkan bom nuklir untuk memulai inti baru.
Permasalahan utama tentunya bagaimana cara manusia bisa menuju ke inti bumi. Namun ada lagi yang membuat penonton bingung. Pertama adalah bagaimana mereka bisa melakukan kontak radio dari kedalaman bumi. Selanjutnya adalah bagaimana orang-orang yang minim keterampilan ini mampu bertahan di suhu ribuan derajat celcius hanya dengan kostum angkasa daur ulang.
Lalu konsep utama bencana yang ada dalam film ini ternyata mengandung dua kelalaian besar. Pertama adalah medan magnet bumi sebenarnya memiliki efek kecil pada radiasi gelombang mikro.
Kedua adalah terjangan matahari memang mengandung banyak gelombang mikro (radiasi elektromagnetik), namun itu hanya sekedar cahaya. Efeknya juga kurang masuk akal, yaitu radio dan ponsel mendesis. Pada dasarnya, tidak ada bencana sungguhan di dalam film ini.
Outbreak
Outbreak (1995)
Outbreak menitikberatkan pada virus Motaba yang menjadi wabah baru di atas Bumi. Karakter yang dimainkan Dustin Hoffman lalu mencoba untuk menghentikan virus ini. Ia harus mencegah wabah dan menggagalkan rencana karakter yang diperankan Donald Sutherland untuk menaruh bom di sebuah kota kecil.
Pada kenyataannya, waktu menjadi permasalahan utama film ini. Seperti halnya Jeff Goldblum di film Independence Day, Dustin Hoffman juga sukses menciptakan anti virus lebih awal dari yang seharusnya. Secara normal, harusnya membutuhkan satu tim ahli virus dengan jangka waktu beberapa minggu atau beberapa bulan untuk mempelajarinya. Lalu menjalani tes yang sesuai dan menciptakan obat untuk distribusinya.
Kecuali kalau film ini menggunakan teknologi canggih ala Iron Man. Soalnya, Tony Stark bisa menemukan elemen baru hanya dalam waktu sehari. Terlebih lagi, andai virus Motaba adalah semacam Ebola, tak seharusnya ada karantina khusus bagi penduduk kota atau waktu untuk membuat vaksinnya. Dipastikan, dalam 48 jam, seluruh penduduk akan meninggal, termasuk karakter yang diperankan Morgan Freeman.
Advertisement
Signs
Signs (2002)
Film Signs berkisah mengenai gerombolan alien yang berusaha untuk menginvasi Bumi. Hanya karakter yang dimainkan Johnny Cash bersama kelompok anak-anak yang bisa menghentikan para alien dari rusaknya tanaman di Bumi. Ternyata kelemahan para alien ini adalah... air. Tunggu dulu, apa?
Tak perlu menjelaskan secara naratif untuk kelalaian film yang satu ini. Coba kita membayangkan diri kita sebagai alien yang ingin menginvasi sebuah planet dengan percakapan imajiner ini:
Komandan: "Apakah kamu sudah bisa membaca planetnya?"
Kita: "Ya Pak. Sebanyak 70 persen planetnya tertutup suatu zat yang akan merugikan dan akhirnya membunuh spesies kita. Flora, fauna, dan atmosfernya juga terdiri dari zat yang sama. Saya benar-benar tidak berpikir rencana ini...."
Komandan: "Sempurna."
Intinya, sungguh aneh bahwa para alien di film ini tidak menyadari bahwa 70 persen planet Bumi diselimuti oleh air berisi 3.100 milimeter kubik di atmosfer. Sementara itu ada 2 juta milimeter kubik air yang ditampung oleh dataran planet ini.
Lebih janggal lagi, mereka tidak menciptakan alat-alat perlindungan ketika akan menginvasi Bumi. Sama saja manusia menginvasi planet berisi asam tapi hanya menggunakan kertas timah. Apa? Alien di film ini masih primitif dan tak mencapai teknologi anti air? Loh, memangnya ada alien primitif yang bisa menginvasi planet lain? Intinya, semoga tak ada lagi film dengan logika lemah seperti ini di masa depan.