Wujudkan Jalur Sutra, China 'Genjot' Free Trade Zone di Xinjiang

China terus mendorong perdagangan di beberapa wilayah Xinjiang dalam rangka menghidupkan kembali perdagangan Jalur Sutra.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Jun 2016, 11:12 WIB
China terus mendorong perdagangan di beberapa wilayah Xinjiang dalam rangka menghidupkan kembali perdagangan jalur sutra.

Liputan6.com, Xinjiang - Wei Lei bersama keluarganya menikmati musim panas Khorgos, di Huochen County Prefektur Otonomi Yili Kazak, Xinjiang. Biasanya mereka berjalan-jalan ke taman, namun kali mereka memilih untuk pergi ke gerbang perbatasan antara Tiongkok dan Kazakhstan.

Pria berusia 39 tahun itu baru 6 bulan pindah ke kota yang merupakan salah satu zona perdagangan bebas di Xinjiang, China. Ia ingin mengadu untung sebagai pedagang penjual suvenir.

"Saya dan keluarga ingin tahu gerbang perbatasan dan mau ambil foto di tugu," katanya kepada Liputan6.com yang tengah berada di Xinjiang.

"Saya di sini baru 6 bulanan sebagai penjual suvenir, usaha saya di Urumqi masih berjalan seperti biasa, saya hanya ingin mengadu untung, karena di sini semakin banyak pembelinya," lanjut pria itu.

Menurut Wei Lei, ia mendengar dari para pedagang kecil lainnya kalau mereka bisa meraup untung 100 ribu Yuan per tahun. Terutama di musim liburan, ribuan turis berbelanja di situ.

Hal yang sama dirasakan oleh perusahaan logistik besar, Jinyi Group yang telah beroperasi di Khorgos semenjak 2013.

Suasana perdagangan di Khorgos (Liputan6.com)

Jinyi Group telah beroperasi mengirim berbagai macam barang ke negara-negara Asia Tengah dan bahkan Eropa.

"Kami kini lebih banyak fokus pada perdagangan buah dan sayur-mayur, seperti apel, persik, biji-bijian, tomat dan cabai," terang Yu Cheng Zhong, general manajer Jinyi Group.

"Kenapa fokus karena buah dan sayur punya pangsa baru di Khorgos. Para pebisnis China ingin mengirim barang produksi mereka secara lebih segar dan para pembeli di seberang langsung membelinya. Keberadaan Khorgos jelas sangat membantu,"

Khorgos adalah salah satu pelabuhan terbesar di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang. Keberadaannya semenjak 2010 adalah berkat keinginan pemerintah pusat Tiongkok menghidupkan kembali jalur Sutra modern.

Pelabuhan darat Khorgos hanya 3 kilometer dari Kazakhstan dan 378 km dari kota Almaty, Kazakhstan.

Tugu perbatasan China dan Kazakhstan di Khorgos, Free trade zone (Liputan6.com)

Rencananya pemerintah pusat tengah melebarkan dan membangun lebih banyak lagi bisnis di daerah perdagangan. Mereka kini tengah membangun pusat bisnis di mana baik warga Kazakhstan maupun China dapat bertransaksi di satu lokasi.

"Bahkan warga Kazakhstan tak perlu memakai visa selama ia berada di fasilitas itu tak lebih dari 1 hari," kata kepala penerangan pelabuhan darat Khorgos.

Kawasan perdagangan bebas tersebut juga dibangun oleh pemerintah Kazakhstan di wilayahnya.

Keseluruhan area, di bagian China, rencananya akan ada 26 perusahaan termasuk pabrik. 10 diantaranya sudah berjalan. Adapun infrastruktur kawasan itu didanai oleh pemerintah pusat dengan menghabiskan dana 20 miliar Yuan. Selain infrastruktur, pemerintah mengundang pihak swasta yang ingin berinvestasi.

"Sementara di wilayah bagian China kami akan membangun universitas Kazak-Sino dan di wilayah Kazakhstan, akan dibangun kasino untuk memikat warga Tiongkok mengunjungi kasino," ujar kepala informasi itu.

Sisa dari proyek itu rencananya akan terealisasi pada 2018. Sejauh ini, populasi di Khorgos mencapai 85 ribu orang. Namun, seiring dengan perkembangan bisnis di Xinjiang dan China keseluruhan, pada 2020 akan melonjak menjadi 200.000.


Jalur Sutra di Prefektur Bortala Mongolia

Jalur Sutra di Prefektur Bortala Mongolia

Tak lengkap rasanya untuk tidak melihat keberadaan zona perdagangan bebas Xinjiang yang terbesar lainnya. Kali ini bus membawa Liputan6.com ke kota Alshankou, yang berada di Prefektur Otonomi Bortala Mongolia.

Terletak di utara Xinjiang, prefektur ini membawahi dua wilayah, Wenquan dan Jinghe. Selain itu, Bortala Mongolia memiliki pelabuhan Alashenkou yang telah berdiri semenjak tahun 1954. Saat masa 'bulan madu' Uni Soviet dan China berlangsung.

Toko di kawasan prefektur Alashankou (Liputan6.com)

Terletak 470 km dari Urumqi, zona perdagangan Alashankou berkat perjanjian China dan Soviet yang membangun kereta dari Barat China ke Rusia.

Namun, masa bulan madu berakhir dan Soviet bubar. Rel kereta pun terhenti di tengah-tengah perbatasan. Proyek untuk melanjutkan kerja sama terjalin lagi pada 2004.

Bukan tanpa alasan Soviet dan China menginginkan jalur perdagangan. Hal itu dilandasi oleh sejarah ribuan tahun lalu di mana jalur Sutra atau Silk Road-- jalur perdagangan Eropa Asia terjalin.

Kini, pemerintah pusat Tiongkok dan Prefektur Otonomi Bortala Mongolia menggenjot pembangunan gerbang pintu masuk nasional itu.

Gerbang Alashankou, di Prefektur Bortala, Mongol (Liputan6.com)

Kawasan dengan populasi 10.000 orang itu sedang berbenah agar menjadi pelabuhan darat kelas dunia yang menghubungkan Asia dan Eropa.

Hal itu yang membuat perusahaan Zhende Mediacal Group dari Provinsi Zhejiang membangun pabriknya di Alashankou.

"Kebanyakan bahan mentah kami diambil dari Kazakhstan dan Uzbekistan, dengan membangun pabrik di sini, jelas lebih menguntungkan seperti tak ada pajak pajak karena kami berada di wilayah perdagangan bebas," kata Qin Song Xiang, Deputi General Manajer kepada Liputan6.com.

Perusahaan yang bergerak di bidang tekstil khusus medis itu mengaku untuk produksi mereka membeli bahan mentah kapas sebanyak 10.000 ton dan menghasilkan produksi 90.000 ton.

Pabrik Zhende Medical kini tengah dibangun di kawasan Alashankou. Rencananya akan selesai pada Agustus tahun ini.

"Kami telah membuka lapangan kerja sebanyak 4.000 orang, dan ketika perusahaan beroperasi, pegawai di manajerial level akan ditambah lagi," lanjut Xiang.

Perusahaan 3 terbesar di Tiongkok itu telah berinvestasi sebanyak 22 juta Yuan di wilayah zona perdagangan bebas Alashankou.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya