Gawat, Hampir 1.000 Orang di Sulut Terserang Rabies

Gejala khas yang timbul jika terkena rabies adalah demam, nyeri di sekitar luka gigitan, takut air, takut angin, dan lebih suka gelap.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 03 Jun 2016, 12:30 WIB
Gejala khas yang timbul jika terkena rabies, yaitu demam, nyeri di sekitar luka gigitan, takut air, takut angin, dan lebih suka gelap.

Liputan6.com, Manado - Tercatat sudah 994 orang yang digigit hewan pembawa virus rabies di Sulawesi Utara (Sulut) hingga akhir Mei 2016. Dari data itu, tercatat sekitar sembilan orang meninggal dunia.

"Dari total 994 korban gigitan, tiga daerah dengan jumlah korban tertinggi ada di Kabupaten Minahasa sebanyak 243, Minahasa Selatan 195, dan Minahasa 114," kata Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulut Hendrik Tairas di Manado, Sulut, Jumat (3/6/2016).

Dia menjelaskan, hewan pembawa virus rabies di antaranya anjing, kera, dan kucing.

"Jika digigit oleh hewan pembawa virus rabies, langsung cuci dengan air yang mengalir tanpa tekanan yang keras dan setelah itu dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat," ujar dia.

Hendrik menambahkan, anjing yang menggigit tersebut jangan dibiarkan, tapi harus dijaga kesehatannya.

"Anjing tersebut harus dimonitor selama beberapa hari. Jaga kesehatan anjing, agar tidak mati. Untuk anjing yang hilang atau lepas kita anggap positif rabies dan harus diantisipasi," tutur dia.

Kepala Seksi Wabah dan Bencana Dinkes Sulut, Arthur Tooy menambahkan, jajarannya terus menjaga stok anti-rabies agar tidak kehabisan saat dibutuhkan.

"Di sejumlah pusat kesehatan masyarakat yang memiliki rabies center, vaksin diberikan secara gratis. Namun belum semua puskesmas di Sulut memiliki rabies center," ujar Arthur.

Menurut dia, virus rabies hidup dalam air liur anjing. Gejala khas yang timbul jika terkena rabies, adalah demam, nyeri di sekitar luka gigitan, takut air, takut angin, dan lebih suka gelap.

"Gejala rabies akan timbul dua minggu hingga dua tahun sejak air liur masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan atau kena luka pada tubuh manusia," dia menambahkan.

Tingginya angka rabies ini juga disebabkan banyaknya hewan peliharaan warga, khususnya anjing dan kucing, yang berkeliaran. Sejumlah Pemkab di Sulut, seperti Minahasa Tenggara, bahkan sudah merancang peraturan daerah (perda) untuk mengatur kepemilikan hewan peliharaan.

"Ini sebagai bentuk pengendalian kasus rabies," ucap Bupati Minahasa Tenggara, James Sumendap.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya