Liputan6.com, Caracas - Petugas keamanan Venezuela menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa yang berseru-seru "Kami menginginkan makanan!" dekat istana kepresidenan di pusat kota Caracas pada Kamis lalu.
Dikutip dari Reuters pada Jumat (3/6/2016), unjuk rasa ini merupakan kekerasan jalanan terkini di negara yang sedang dihantam krisis tersebut.
Ratusan warga Venezuela bergerak menuju istana Miraflores di tengah kota Caracas dan berhadapan dengan pasukan Garda Nasional dan polisi yang memblokade jalan utama.
Baca Juga
Advertisement
Presiden Nikolas Maduro sedang berada di bawah tekanan keras terkait dengan krisis ekonomi yang semakin memburuk di negara Amerika Selatan yang berpenduduk 30 juta jiwa.
Pada saat bersamaan, ia dijadwalkan akan memberi pidato di hadapan pawai kelompok-kelompok pribumi yang diadakan dekat tempat kejadian.
Unjuk rasa merebak dari sejumlah antrean panjang di toko-toko sekitar tempat kejadian setelah sejumlah orang berusaha membajak sebuah truk makanan, demikian menurut para saksi.
"Saya sudah di sini sejak pukul 08.00 pagi. Tidak ada lagi makanan di toko-toko dan pasar-pasar swalayan," kata seorang wanita kepada lembaga penyiaran Vivoplay yang mendukung oposisi. “Kami lapar dan lelah."
Pemerintah yang berkuasa menuduh para politisi oposisi memulai kerusuhan dan mengatakan bahwa penjaga keamanan telah mengendalikan situasi.
Walaupun memiliki cadangan minyak mentah terbesar sedunia, Venezuela mengalami kekurangan barang-barang konsumsi, mulai dari susu hingga tepung. Harga-harga melonjak naik dan ekonomi sedang menyusut.
Maduro menyalahkan turunnya harga minyak mentah di tingkat global dan "perang ekonomi" yang dilancarkan musuh-musuh. Ia juga menuduh para musuh sedang berupaya melakukan kudeta.
"Setiap hari, mereka membawa kelompok-kelompok kekerasan untuk cari gara-gara di jalan-jalan," kata Maduro dalam pidatonya di hadapan kelompok-kelompok masyarakat pribumi. "Hari demi hari, rakyat menolak dan mengusir mereka."
Para kritikus mengatakan bahwa kekacauan ekonomi Venezuela disebabkan oleh kegagalan kebijakan sosialis selama 17 tahun terakhir ini, terutama kendali atas harga dan mata uang.
Pihak oposisi menginginkan suatu referendum tahun ini untuk menurunkan Maduro. Protes-protes tentang kelangkaan pangan, putusnya aliran listrik, dan kejahatan berlangsung setiap hari. Penjarahan dan pembunuhan juga mengalami peningkatan.
Beberapa jurnalis setempat mengatakan mereka dirampok di tengah-tengah kerusuhan Caracas pada Kamis lalu.
Petinggi bidang ekonomi, Miguel Perez, mengakui kesulitan yang dihadapi Venezuela dan menjanjikan perbaikan situasi.
"Kami menyadari bahwa bulan ini termasuk kritis. Bulan ini merupakan bulan dengan pasokan terendah. Itulah sebabnya keluarga-keluarga cemas,”kata Perez kepada stasiun radio setempat. “Kami menjamin adanya perbaikan dalam beberapa minggu ke depan."