KEIN: Kelola Dana Desa, RI Bisa Tiru Jepang

Selain mendalami sektor industri, kunjungan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) ke Jepang juga mempelajari sektor UKM.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Jun 2016, 12:51 WIB
Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Soetrisno Bachir (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Selain mendalami sektor industri, kunjungan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) ke Jepang juga mempelajari sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Sebab, Jepang juga dianggap sebagai negara yang mumpuni di sektor UKM. 

Ketua KEIN Soetrisno Bachir menjelaskan, UKM menjadi salah satu fokus KEIN karena sektor ini terbukti mampu bertahan saat terjadi krisis.

Salah satu jurus pemerintah untuk mendorong sektor UKM adalah dengan program Dana Desa. Dana Desa ini bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten atau kota.

Peruntukan dana desa ini adalah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

"Dana Desa ini sejalan dengan visi pemerintah untuk membangun Indonesia dari pinggiran," jelas dia kepada Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (3/6/2016).

Menurut Soetrisno, presiden meminta kepada KEIN untuk memberikan masukan untuk mengembangkan program Dana Desa ini sehingga peruntukannya tidak biasa-biasa saja. "istilah presiden harus out of the book. Jangan yang biasa-biasa saja," kata dia.

Ia melanjutkan, salah satu program yang dijalankan oleh pemerintah Jepang yang bisa diadopsi di Indonesia adalah program one village on product. Dalam program ini setiap desa mempunyai produk unggulan yang dipasarkan ke seluruh penjuru Jepang dan bahkan hingga ekspor.

Satu desa satu produk ini juga pernah diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Jokowi produk unggulan di daerah tersebut harus sangat spesifik.

Ia mencontohkan dengan Sunnylands, salah satu kota di Amerika Serikat yang fokus mengembangkan bisnis golf. Daerah tersebut membangun puluhan lapangan golf hanya untuk melayani para penyuka olahraga mahal tersebut. Kurang lebih terdapat 37 lapangan gold telah dibangun di daerah tersebut.

Dampak positif dari pembangunan tersebut langsung terlihat. Perekonomian daerah langsung terdorong karena setiap harinya ratusan jet pribadi mendarat ke daerah tersebut untuk membawa orang di seluruh dunia untuk bermain golf.

Indonesia diharapkan juga bisa menjalankan langkah tersebut. Namun bukan dengan membangun lapangan golf melainkan dengan membangun potensi yang ada di wilayahnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya