Presiden Terpilih Filipina Tantang Wartawan: Silakan Boikot Saya

Duterte menantang para wartawan untuk tak lagi meliputnya.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 03 Jun 2016, 13:09 WIB
Presiden Terpilih Filipina Rodrigo Duterte (Reuters/Romeo Ranoco)

Liputan6.com, Manila - Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte kembali berulah. Setelah mengancam akan membunuh jurnalis yang menerima suap, kali ini, dirinya menantang para wartawan untuk tak lagi meliputnya.

Menurut Duterte, media-media terlalu banyak memikirkan dirinya. Oleh sebab itu, dia meminta seluruh jurnalis memboikotnya.

"Silakan, boikot saya. Saya mendesak kalian. Buat ini sebagai kunjungan terakhir kalian ke Davao. Saya tak peduli jika tidak ada satu media pun yang meliput saya," sebut Duterte seperti dikutip dari The Star Online, Jumat (3/6/2016).

Duterte menambahkan, terkait soal ancaman pembunuhan kepada jurnalis, dirinya sama sekali tak pernah menyesal mengeluarkan pernyataan itu.

"Saya tak bisa menghentikan kalian. Saya pernah berkata bahwa kalian itu idiot, jangan pernah mengancam saya," papar dia.

"Saya katakan, saya siap kehilangan jabatan presiden, kehormatan dan hidup saya. Jadi jangan main-main dengan saya," sambungnya.

Dia pun menyatakan, jika para jurnalis tetap ingin berita terkait dirinya, bisa mereka ambil lewat televisi atau situs resmi pemerintah.

Pernyataan kontroversial Duterte tidak berhenti sampai di situ saja. Dalam kesempatan yang sama, Walikota Davao ini menegaskan, dia tak akan meminta maaf atas terbunuhnya jurnalis bernama Jun Pala di kota itu, pada 2003.

"Tidak ada permintaan maaf, ini omong kosong," tegasnya.

Sebelumnya, terkait pernyataan kontroversial akan membunuh jurnalisme korup, Duterte langsung menuai protes internsional. Salah satu yang berkata lantang dan mengecamnya adalah Kepala Persatuan Jurnalis Nasional Filipina, Ryan Rosuaro.

Rosuaro mengatakan, pernyataan tersebut tak pantas keluar dari seorang presiden terpilih. Pasalnya, pembunuhan dan kebebasan media bukan merupakan candaan.

"Begitu mengkhawatirkan Presiden terpilih Duterte membenarkan pembunuhan terhadap jurnalis yang terlibat korupsi," jelasnya.

Sekretaris Badan Komunikasi Kepresidenan Filipina, Herminio Coloma juga berpendapat sama dengan Rosuaro. Ditegaskannya, jurnalis punya dasar untuk dilindungi.

"Tugas pemerintah adalah menangkap, mengadili dan menghukum semua pihak yang bertanggungjawab atas kekerasan terhadap media," tegas dia.

Selama beberapa tahun belakangan, Filipina ada di peringkat atas negara yang tak aman bagi jurnalis. Tercatat, ada dari 1986, ada sekitar 175 jurnalis yang terbunuh di negara itu karena berbagai sebab.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya