Liputan6.com, Cirebon - Tren tradisi pertunjukan Wayang Kulit Cirebon menurun. Pengrajin wayang kulit pun semakin sedikit bahkan terancam habis.
Dari informasi yang dihimpun Liputan6.com, pelaku pembuat wayang kulit di Cirebon tersisa dua orang saja. Keduanya Ato Suhatno dari Desa Balad, Kecamatan Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon, dan Ki Sawiah dari Desa Gegesik Kulon, Kabupaten Cirebon.
"Sudah sangat krisis apalagi kondisi fisik Ki Sawiah yang usianya sudah renta, kondisi mata berkurang penglihatannya. Ini akan berpengaruh kepada kualitas karya juga," kata pengamat seni Cirebon Made Casta kepada Liputan6.com, Jumat, 3 Juni 2016.
Dari dua pembuat dalang tersebut, Ki Sawiah hingga saat ini belum memiliki penerus. Begitu juga Ato Suhatno. Dari upaya pemda setempat mencetak generasi penerus pembuat wayang kulit, hasilnya belum terlihat dan sesuai standar pembuatan wayang maupun suvenir.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, permintaan wayang kulit di Cirebon terbilang cukup tinggi. Bahkan, para pembuat wayang kewalahan melayani permintaan dengan kondisi yang serba terbatas.
"Pesanannya baik perorangan maupun untuk dijadikan suvenir, termasuk pecinta wayang, bahkan dalang sendiri masih banyak memesan," kata dia.
Made Casta yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Cirebon ini mengaku pernah melakukan proses pewarisan pembuatan wayang. Namun hasilnya masih kurang maksimal.
"Kami juga pernah melakukan proses pewarisan 15 orang, tapi hasilnya belum terlihat dan dianggap belum layak untuk standar wayang Cirebon, khususnya suvenir," tutur Made Casta.
Dia menjelaskan dari sisi visual, wayang kulit Cirebon berbeda dengan yang di Yogyakarta dan Solo. Ini terlihat dari gaya cempurit (gagang) yang biasa dijadikan pegangan dalang. Untuk gaya cempurit pada Wayang Kulit Cirebon, terbuat dari tanduk kerbau dengan bentuk tungkul bawang (bawangan).
Warna pada cempurit Wayang Kulit Cirebon agak kemerahan, berbeda dengan gaya cempurit Solo atau Yogyakarta. Kalau Yogyakarta warnanya kekuningan dan kecoklatan.
"Cempurit Cirebon sudah diakui nasional, sayangnya teknologi pembuatan cempurit Cirebon sudah putus. Tidak ada lagi tokoh yang bisa membuat. Kalaupun ada kita pesan ke Solo dan Yogyakarta dengan bentuk yang beda," kata Made Casta.