Skandal Bangkai Harimau dalam Kulkas di 'Kuil Macan'

Kepolisian Thailand membongkar upaya penyelundupan sejumlah macan dan bagian-bagian tubuh hewan itu di sebuah biara.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 04 Jun 2016, 07:30 WIB
Kepolisian Thailand membongkar upaya penyelundupan sejumlah macan dan bagian-bagian tubuh hewan itu di sebuah biara. (Sumber Bangkok Post)

Liputan6.com, Wat Pha Luang Ta Bua - Kepolisian Thailand baru-baru ini menyergap seorang biarawan yang mencoba melarikan diri dari "kuil macan" menggunakan sebuah truk yang ternyata berisi lembaran-lembaran kulit dan taring-taring macan atau harimau.

Dikutip dari Telegraph pada Jumat (3/6/2016), para petugas pelestarian alam berkemah beberapa hari lamanya di sekitar kuil Buddha yang ditutup di awal minggu ini karena ada kecurigaan penyelundupan satwa dilindungi, kekejian terhadap hewan, dan pengembangbiakkan tidak sah. 

Ratusan ajimat berisi bagian-bagian tubuh, lembaran-lembaran kulit, dan taring-taring ditemukan di dalam salah satu truk yang mencoba dibawa melarikan diri dari tempat kejadian, demikian dikatakan pada Kamis lalu.

Temuan ini dapat memperberat tuduhan yang baru-baru ini disangkakan terkait dengan temuan bangkai 40 anak macan di tempat kejadian, demikian disebutkan pihak berwenang.

Puluhan bangkai anak macan itu ditemukan di dalam sebuah mesin pembeku dalam kuil Buddha yang dicurigai terkait dengan penyelundupan satwa liar dan penyiksaan hewan.

Kepolisian Thailand membongkar upaya penyelundupan sejumlah macan dan bagian-bagian tubuh hewan itu di sebuah biara.(Sumber Daily Mail)

Polisi Thai mengungkapkan temuan muram itu ketika sedang memindahkan belasan hewan dewasa dari kuil yang menjadi tempat tujuan wisata populer sebelum didatangi oleh petugas pada Senin lalu.

Sekarang, menurut pejabat dinas taman nasional bernama Adisorn Noochdumrong, pengelola kuil dapat menghadapi dakwaan kriminal karena menyimpan bangkai anak macan tanpa izin, demikian menurut AFP.

Kolonel Bandith Meungsukhum dari kepolisian Thailand mengatakan bahwa akan ada tuduhan baru atas pengelola kuil Wat Pha Luang Ta Bua yang terletak di provinsi Kanchanaburi, di barat Thailand.

Tidak jelas alasan penempatan bangkai-bangkai anak macan dalam mesin pembeku. Yang jelas, tulang belulang dan bagian-bagian tubuh macan sering dipakai sebagai bahan pengobatan tradisional Tiongkok.

Namun demikian, seorang pekerja di kuil itu mengatakan kepada Telegraph bahwa mereka sekedar mengikuti perintah seorang dokter hewan. "Dokter hewan yang sebelumnya menetapkan kebijakan ini," ujar pegawai itu.

Ia juga menambahkan bahwa dinas Taman Nasional Thailand (DNP) mengetahui tentang penyimpanan anak-anak macan tersebut. Ia mengatakan, "Perlu dicatat bahwa DNP jelas mengetahui bahwa anak-anak macan ini ada dalam mesin pembeku karena mereka pernah masuk ke sana sebelumnya."

Kepolisian Thailand membongkar upaya penyelundupan sejumlah macan dan bagian-bagian tubuh hewan itu di sebuah biara. (Sumber Reuters)

Wartawan-wartawan setempat mengunggah gambar-gambar bangkai-bangkai anak macan dijejerkan ke media sosial. Tampak bangkai lain yang diduga berasal dari babi hutan berukuran kecil.

Seorang wartawan dari situs berita Khasod mengaku melihat usus hewan disimpan dalam wadah-wadah di tempat itu. Para biarawan di sana berulang kali membantah telah melakukan kesalahan.

Pihak biara mengeluarkan pernyataan melalui laman Facebooknya, "Ada sejumlah selentingan dan kecurigaan yang terus disebarkan di internet tentang Kuil Macan."

"Menurut para peneliti, pada umumnya angka kematian anak macan di penangkaran tercatat bisa mencapai 40 persen. Angka kematian anak macan di kuil ini jauh lebih rendah."

"Walaupun begitu, sebagaimana halnya dalam kehidupan ini, anak macan mati karena berbagai sebab, terutama karena induk barunya tidak berpengalaman untuk merawat mereka selayaknya. Di masa lalu, sesuai dengan kebiasaan Buddha, bangkai anak macan dikremasi."

Sebelum kejadian ini, ada sekitar 137 macan yang hidup di lingkungan kuil. Puluhan ekor macan diselamatkan oleh para petugas satwa liar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya