Liputan6.com, Jakarta - Penerbitan obligasi atau surat utang marak menjelang akhir semester I 2016. Penurunan suku bunga acuan/BI Rate dan permintaan kuat membuat momen tepat bagi emiten atau perusahaan untuk menerbitkan obligasi.
Kali ini PT Angkasa Pura II menerbitkan obligasi sebanyak-banyaknya Rp 2 triliun. Obligasi I Angkasa Pura II tahun 2016 tersebut akan terbagi atas tiga seri antara lain bertenor 5 tahun, 7 tahun dan 10 tahun.
Dana hasil penerbitan obligasi sekitar 92 persen untuk pembangunan dan pengembangan Bandara Soekarno Hatta dan sisanya untuk pengembangan bandara Kualanamu, Sultan Thah, dan Supadio. PT Angkasa Pura II pun telah menunjuk PT Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Selain itu, PT Properti Tbk (PPRO) akan menerbitkan obligasi sebanyak Rp 600 miliar. Obligasi I PP Properti Tahun 2016 itu akan dibagi dalam dua seri antara lain 36 bulan atau 3 tahun dan 60 bulan atau 5 tahun. Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk pengembangan usaha properti Jawa, Kalimatan dan Lombok. Sisa penerbitan obligasi untuk modal kerja dan pembayaran utang.
Baca Juga
Advertisement
Pelindo I juga menawarkan obligasi dengan jumlah pokok sebesar Rp 1 triliun. Obligasi tersebut memiliki empat seri antara lain seri A berjangka waktu 3 tahun. Kemudian seri B bertenor 5 tahun dan seri C 7 tahun memiliki tenor 7 tahun. Sedangkan seri D bertenor 10 tahun.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) akan menerbitkan obligasi Rp 1,5 triliun pada 2016. Penerbitan obligasi tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan II tahun 2016 senilai Rp 3 triliun. Dana hasil penawaran obligasi untuk pembebasan lahan di kawasan BSD City.
Tak hanya itu, PT Toyota Astra Financial Services juga akan menerbitkan obligasi berkelanjutan II dengan tingkat bunga tetap tahap I tahun 2016 senilai Rp 1,5 triliun. Dana penawaran obligasi untuk modal kerja pembiayaan kendaraan bermotor.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk juga menawarkan obligasi berkelanjutan II dengan target dana yang dihimpun Rp 5 triliun. Pada tahap I Tahun 2016, perseroan akan menerbitkan obligasi sebesar Rp 600 miliar. Tenor obligasi tersebut lima tahun.
Pembiayaan Obligasi Lebih Murah
Analis PT MNC Securities, I Made Saputra menuturkan imbal hasil surat utang negara (SUN) sebagai patokan obligasi korporasi menurun dibandingkan tahun 2015. Contoh saja, imbal hasil SUN bertenor 3 tahun sekitar 8,8 persen pada 2015 kini menjadi sekitar 7,4 persen.
Selain itu, permintaan obligasi masih ada mengingat total utang obligasi jatuh tempo dari Juni hingga akhir tahun 2016 mencapai Rp 32 triliun. "Kombinasi suku bunga acuan turun dan permintaan kuat menjadi momentum tepat. Emiten berlomba-lomba terbitkan obligasi," ujar Made saat dihubungi Liputan6.com seperti ditulis Jumat (3/6/2016).
Ia menambahkan, pasar juga mendapatkan pasokan baru dari penerbitan obligasi PT Angkasa Pura II. Made menilai, penerbitan obligasi Angkasa Pura II cukup bagus lantaran sektor usaha perseroan yang berkaitan dengan perhubungan. "Ini sektor menarik dan emiten baru. Jadi salah satu diversifikasi buat investor," kata Made.
Made mengatakan, selain PT Angkasa Pura II, bank-bank daerah juga akan menerbitkan obligasi. Salah satunya bank DKI. Made menuturkan, bank daerah tidak dapat hanya mengandalkan satu sumber dari penempatan dana pemerintah daerah. Karena itu, bank daerah menerbitkan obligasi.
Meski demikian, Made menilai emiten juga menghadapi tantangan dengan maraknya penerbitan obligasi. Hal itu lantaran perebutan dana investor. Saat ini, Made menambahkan investor juga akan selektif untuk masuk ke obligasi.
"Investor melihat kinerja emiten. Mereka akan selektif masuk ke properti lantaran daya beli masyarakat belum pulih sehingga pembelian properti kurang. Multifinance juga kinerjanya agak melambat lantaran penyaluran kredit mulai turun," tutur Made.
Made menambahkan, meski begitu, obligasi korporasi masih menjadi pilihan mengingat imbal hasil obligasi korporasi lebih tinggi dari SUN. Selain itu bunga deposito juga ke depan cenderung merosot. Made menilai, obligasi korporasi BUMN pun akan menjadi pilihan. Namun, investor juga mesti melihat kinerja emiten BUMN tersebut.
Made yakin, penerbitan obligasi tahun ini lebih besar dari 2015. Penerbitan obligasi diperkirakan dapat mencapai Rp 70 triliun-Rp 80 triliun pada 2016. Made memperkirakan penawaran obligasi akan marak pada semester II 2016. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga 2 Juni 2016, total penawaran obligasi Rp 22,89 triliun.
"BI Rate turun, dan bunga deposito turun membuat investor mencari imbal hasil investasi lebih tinggi. Di sisi lain emiten juga ingin mendapatkan dana murah lantaran bunga kredit juga belum turun," kata dia. (Ahm/Ndw)
Advertisement