Kisah Pangeran Sakti Penakluk Hati Putri Raja Bali

Mereka jatuh cinta saat sang pangeran ditawan oleh sang ayah putri raja Bali.

oleh Dewi Divianta diperbarui 05 Jun 2016, 09:01 WIB
Kondisi makam Raden Mas Cokroningrat tak terurus meski terus didatangi oleh para peziarah.

Liputan6.com, Denpasar - Kisah pangeran sakti mandraguna tidak hanya dongeng belaka. Sosok pangeran itu mewujud pada Raden Mas Cokroningrat alias Pangeran Cakraningrat IV atau Raden Toyo atau yang bernama asli Ahmad Joko Salim. Ia merupakan suami dari putri raja Pemecutan dari Bali.

Kartubi, penjaga makam Cakraningrat menuturkan, sang pangeran datang ke Pulau Bali karena diperintahkan menyiarkan Islam di wilayah itu. Ia berangkat bersama empat murid lainnya.

Sesampainya di Pulau Dewata, mereka berpencar. Bali kala itu tengah dilanda perang saudara antar-kerajaan. "Waktu itu memang sedang terjadi peperangan antara Puri Mengwi dan Puri Pemecutan," tutur Kartubi kepada Liputan6.com, Jumat, 3 Juni 2016.

Raden Mas Cokroningrat yang terjebak dalam peperangan ditangkap prajurit Kerajaan Pemecutan. Ia ditawan lantaran dianggap mata-mata. Raden Mas Cokroningrat lalu ditugasi mengurus kuda.

Hingga suatu hari, Raja Pemecutan hendak menunggangi kudanya. Raden Mas Cokroningrat menyiapkan kuda kesayangan raja untuk ditunggangi. Di hadapan raja, Raden Mas Cokroningrat memerintahkan kepada kuda berlutut karena hendak ditunggangi sang raja.

Kuda itu menurut sampai membuat raja terperangah. Raja meyakini jika Raden Mas Cokroningrat bukan dari kalangan warga biasa. "Tapi waktu itu, beliau merendah dan mengatakan kepada raja jika beliau dari kalangan warga biasa," ucap Kartubi.

Peristiwa itu berlalu seiring semakin sengitnya peperangan antara Kerajaan Mengwi dan Kerajaan Pemecutan. Sang putri raja yang tak lain adalah Gusti Ayu Made Rai segera menghampiri Raden Mas Cokroningrat.

Seperti ayahnya, ia meyakini jika Raden Mas Cokroningkat memiliki kesaktian mandraguna. Karena itu, ia meminta kepadanya untuk membantu kerajaan yang semakin terdesak. Jika ia berhasil memukul mundur musuh, sang putri raja mau dinikahi sang pangeran.

Raden Mas Cokroningrat menyanggupi keinginan Raden Mas Siti Khotijah. Sejak kali pertama berjumpa, ia memang sudah jatuh cinta dengan sang putri. Meski begitu, ia mensyaratkan tak mau ada peperangan dalam pengertian pertumpahan darah.

"Beliau (Raden Mas Cokroningrat) meminta kentongan yang ada di kerajaan. Dengan kesaktiannya, dibacakan mantra di kentongan itu. Nanti kalau musuh datang, santrinya akan memukul kentongan itu," kata Kartubi.

Benar saja, begitu Kerajaan Pemecutan diserang, santri Raden Mas Cokroningrat memukul kentongan tersebut. Prajurit yang hendak menyerang seketika merasakan sakit di telinganya karena bunyi kentongan.

"Prajurit musuh tuli dan pingsan mendengar suara kentongan," ujar dia lagi.


Korban Tangan Jahil

Sesuai janjinya, Gusti Ayu Made Rai menikah dengan Raden Mas Cokroningrat dan bergelar Raden Ayu Siti Khotijah. Gusti Ayu Made Rai memilih memeluk agama Islam sesuai keyakinan suaminya dan dibawa ke kampung halaman Raden Mas Cokroningrat di Madura, Jawa Timur.

Mereka hidup tentram hingga akhirnya sang putri memutuskan kembali karena rindu pada ayahnya. Namun, kepulangan sang putri ternyata menjadi perjalanan terakhir karena ia harus tewas di lingkungan istananya sendiri. Tapi, tidak dikisahkan bagaimana kehidupan sang pangeran selepas kepergian istrinya.

Makam sang pangeran sakti itu berada di Jalan Blambangan, Denpasar. Pantauan Liputan6.com, makam Raden Mas Cokroningrat kondisinya memprihatinkan. Berdiri di atas lahan hanya sekitar 5 x 5 meter. Temboknya rapuh, atapnya terbuat dari seng.

Hanya jalan setapak melalui jembatan kecil akses jalan menuju makam. Di dalam makam terdapat makam santri Raden Mas Cokroningrat. Meski memprihatinkan, tapi tak membuat sejumlah umat mengurungkan niat mengunjungi makam Raden Mas Cokroningrat.

Jalan setapak melalui jembatan kecil akses jalan menuju makam Raden Mas Cokroningrat. (Liputan6.com/Dewi Divianta).


"Peziarah banyak, ada yang dari Pulau Jawa dan berbagai daerah lainnya. Dari Puri Pemecutan juga rutin ziarah ke sini. Sejumlah pejabat juga banyak ke sini. Ada Wakil Bupati Badung, anggota DPRD Badung juga ada," ujar Kartubi.

Yang lebih memprihatinkan, sekitar tahun 1990-an tangan jahil nekat mencuri benda bersejarah peninggalan Raden Mas Cokroningrat. "Ada pedang, selendang dan tutup makam yang terbuat dari emas hilang dicuri orang," tutur dia.

Pada kisah sebelumnya, cerita berbeda dituturkan Jro Mangku I Made Puger, juru kunci makam keramat Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Khotijah alias Gusti Ayu Made Rai. Perjumpaan keduanya lantaran sayembara Raja Pemecutan ketika putrinya, Gusti Ayu Made Rai menderita sakit kuning atau liver yang tak kunjung sembuh.

Raden Mas Cokroningrat dipanggil oleh gurunya dari Yogyakarta untuk berangkat ke Bali mengikuti sayembara Raja Pemecutan. Ia berhasil menyembuhkan Gusti Ayu Made Rai dan menikah. Anda tertarik menelusuri kisah cinta keduanya? Silakan datang ke Bali

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya