Liputan6.com, New York - Bukan sang istri, bukan pula anak perempuan, melainkan perempuan muda yang berperan dalam kesuksesan karier politik Donald Trump. Ia adalah Hope Hicks, sang sekretaris.
Hicks mengaku orang paling sibuk selama kampanye Trump jadi kandidat capres partai Republik dan belum pernah pulang ke rumah semenjak Thanksgiving, November tahun lalu.
Perempuan 27 tahun itu adalah sekretaris yang siap sedia di samping Trump dalam jet pribadinya. Tak hanya itu, ia mendampingi miliarder tersebut tiap kali berkicau dalam Twitter. Juga, menjadi juru bicara pengusaha properti itu.
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, Hicks adalah sosok yang jarang disorot media. Tak punya akun media sosial dan juga tak pernah tampil di TV. Hicks juga menolak diwawancarai mengenai kiprahnya.
Ia disebut-sebut sebagai perempuan misterius di samping sosok Donald Trump yang berhasil membuat miliader itu memenangkan hati pemilih Republik.
Hicks secara resmi bergabung dengan Trump pada Agustus 2016 dan bekerja sebagai petugas humas sang anak perempuan, Ivanka Trump, untuk urusan fashion.
Tak hanya menjadi humas, ia ternyata juga seorang model. Fotonya pernah terpampang untuk rumah mode Ralph Lauren serta label baju milik Ivanka.
Sebelumnya, Hicks pernah bekerja di kantor perusahaan humas di New York City, Hiltzik Strategy. Di situ, ia bekerja bagi organisasi sang miliarder. Demikian tulis Washington Post, seperti dilansir dari News.com.au, Minggu (5/6/2016).
Hicks sama sekali tak punya pengalaman politik. Lulusan Universitas Greenwich, Connecticut AS mengambil kesempatan sebagai pengelola media bagi Donald Trump saat mendapat telepon dari sang raja properti pada Januari 2015.
"Trump melihatku dan berkata, 'Saya sedang berpikir untuk kampanye jadi presiden dan kamu harus jadi sekertaris media saya,'" aku Hicks dalam sebuah wawancara singkat dan langka kepada New York Magazine.
"Aku pikir ini adalah kesempatan. Membantu orang memahami pandangan terhadap Trump dari kaca mata orang luar," ujar Hicks sambil menambahkan ia akan menuliskan pengalamannya bekerja kepada capres paling kontroversial itu dalam sebuah buku.
Salah Kirim Email dan Bersitegang
Enam bulan kemudian, Hicks telah bekerja di pagi hari bersama manajer kampanye Trump, Corey Lewandowski. Pasangan itu menyiapkan pengumuman rencana Trump menjadi presiden AS di Trump Tower.
Ia dan Lewandowski adalah dua di antara 6 staf terdekat Trump. Namun, rencananya tim Trump akan berkembang mencari ahli komunikasi yang mumpuni serta tambahan staf. Hicks akan tetap jadi sekretaris media Trump.
Rencana menambah tim komunikasi bisa jadi akibat dari insiden salah kirim email bulan lalu. Saat itu Hicks tak sengaja mengirim email ke reporter Politico, Mark Caputo. Seharusnya ia mengirim email ke penasihat kampanye Michael Caputo.
Email pribadi itu membeberkan rencana Trump untuk menyerang calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton atas skandal real estate Whitewater dari akhir 1970-an.
Email dari staf Trump, Michael Caputo, kepada seorang peneliti di Komite Nasional Partai Republik meminta dia untuk "menggali informasi di HRC / Whitewater sesegera mungkin. Hal ini untuk segera digunakan."
Tapi Hicks tak sengaja mengirim jawabannya ke Caputo yang salah -- seorang reporter di Politico.
Whitewater mengacu pada skandal yang melibatkan investasi real estat Clinton melalui perusahaan mereka Whitewater Development Corporation. Ketika Bill Clinton menjadi presiden pada 1990-an, perusahaan itu diselidiki oleh Kongres dan Departemen Kehakiman tapi Clinton tidak pernah dituntut.
Bulan lalu, Hicks dan Lewandowski - yang didakwa atas penyerangan seorang reporter perempuan - terlihat saling berteriak di depan publik di jalan di Manhattan, New York Post melaporkan.
Orang-orang tercengang melihat pasangan itu berteriak satu sama lain terlihat jelas dari orang yang lewat.
"Hope berteriak pada Corey, 'aku sudah selesai dengan Anda!" Itu jelek, perempuan itu bahkan mengacungkan tinjunya ke arah Corey. Corey berdiri di sana tampak terguncang dengan tangan di kepala," kata seorang saksi.
Banyak berspekulasi bahwa pertikaian itu menjadi tanda ketegangan internal dalam kampanye Trump.
Tidak mengherankan, Hicks memilih untuk tidak menanggapi beberapa permintaan untuk komentar mengenai baik email salah kirim dan pertarungan di depan umum antara dirinya dan koleganya.
Satu hal yang pasti, jika Trump pada suatu hari duduk manis di Oval Office pada 2017, Hicks yang sangat setia, kemungkinan besar akan di sana di sampingnya.
Advertisement