Rupiah kembali Menguat, Investor Menunggu Data Cadangan Devisa

Rupiah dan ringgit Malaysia mampu menguat setelah terus tertekan sejak Maret lalu.

oleh Arthur Gideon diperbarui 06 Jun 2016, 12:25 WIB
Pengunjung mendatangi tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (9/10/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/10/2015) mengalami penguatan, bahkan bergerak ke level Rp 13.400. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Sentimen dari dalam negeri yang akan mempengaruhi gerak rupiah adalah data cadangan devisa. 

Mengutip Bloomberg, Senin (6/6/2016), rupiah dibuka di angka 13.463 per dolar AS. Level tersebut menguat jika dibandingkan dengan penutupan pada pekan kemarin yang ada di angka 13.595 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.407 per dolar AS hingga 13.509 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 2,4 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.478 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pekan Jumat lalu yang ada di angka 13.612 per dolar AS.

The MSCI Emerging Markets Currency Index menguat 0,7 persen ke angka 1.498,89 pada pukul 01.09 waktu Hong Kong. Indeks ini menghitung nilai tukar beberapa negara berkembang terhadap dolar AS.

Rupiah dan ringgit Malaysia mampu menguat setelah terus tertekan sejak Maret lalu. pelemahan dolar AS ini juga membuat bursa saham beberapa negara di Asia seperti Pilipina, Thailand, Malaysia dan Indonesia menguat.

Pelemahan dolar AS ini karena data tenaga kerja AS yang turun sehingga menahan rencana kenaikan suku bunga AS. "pelemahan data pekerjaan AS membuat negara berkembang kembali bergairah," jelas Jonathan Ravelas, kepala analis BDO Unibank in Manila.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, dolar AS mulai melemah di pasar Asia sejak tengah minggu lalu. Pelemahan tersebut berlanjut hingga saat ini.

"Dengan itu, rupiah diperkirakan memiliki ruang untuk melanjutkan apresiasinya begitu juga aset berdenominasi rupiah lainnya terutama SUN," jelas dia.

Data cadangan devisa pada Mei 2016 masih ditunggu, diperkirakan turun. Selain itu, fokus masih tertuju pada pembahasan RAPBN-P serta tax amnesty.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya