Tradisi Kumpulkan Kue Rekatkan Warga Manado Saat Ramadan

Kue yang terkumpul digunakan untuk berbuka puasa bersama. Siapa pun boleh mengambil, termasuk orang asing.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Jun 2016, 07:38 WIB
Kue yang terkumpul digunakan untuk berbuka puasa bersama. Siapapun boleh ambil, termasuk orang asing.

Liputan6.com, Manado - Sebagai kelompok minoritas di kelurahan Titiwungen, Kecamatan Sario, Manado, jemaah Masjid Firdaus mampu hidup rukun dengan umat beragama lain. Selain itu di masjid ini ada tradisi unik yang sudah berjalan selama tujuh tahun terakhir.   

"Setiap harinya seluruh keluarga menyumbangkan enam buah kue dari berbagai jenis untuk dibawa ke masjid. Kue-kue yang terkumpul itu nantinya dipakai untuk buka puasa bersama," ungkap jemaah masjid Arfan Simbogolo di Manado, Senin 6 Juli 2016.

Dia mengatakan, tradisi itu awalnya digagas kelompok pemuda dan remaja masjid. "Kelompok muda ini mendatangi rumah-rumah jemaah menjemput kue-kue untuk dibawa ke masjid," ujar dia.

Dia menyebutkan, kue-kue yang terkumpul itu umumnya khas Manado seperti lampu-lampu, lalampa, dan panada.

"Tidak hanya untuk jemaah Masjid Firdaus saja, tapi kue-kue itu juga dinikmati warga yang datang berbuka puasa di sini," ujar Arfan.

Sebab, kata Arfan, masjid ini letaknya di pinggir jalan protokol yang banyak dilalui pengendara.

Masjid Firdaus berdiri tepat di pinggiran jalan Pierre Tendean, jalan protokol yang berhadapan langsung dengan kawasan reklamasi Manado. Sejak sore hari kompleks sekitar masjid ini sudah dipadati warga yang berbelanja berbagai jenis panganan berbuka puasa.

"Sejak jam 2 siang sudah ramai dengan lapak-lapak jualan. Nanti jelang buka puasa sudah tutup, karena warga siap-siap salat magrib," ujar Razzak Abdul, warga setempat.

Menurut Razzak, para penjual tajil atau menu berbuka puasa ini adalah warga sekitar yang sebelumnya berprofesi sebagai pedagang atau nelayan. "Bulan suci ini mereka nyambi dengan berjualan menu berbuka puasa," ujar Razzak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya