Liputan6.com, Jakarta NATO disinyalir melakukan gerakan bawah tanah di Eropa Timur untuk melakukan 'serangan global' melawan Rusia. Hal itu dikatakan oleh wakil kepala Dewan Pertahanan di majelis tinggi parlemen Negeri Beruang.
"Mereka memiliki rencana yang sangat serius dalam merancang kerangka apa yang disebut serangan global," kata anggota parlemen Franz Klintsevich seperti dilansir dari Newsweek, Selasa (7/6/2016). "NATO mengambil basis Uni Soviet di Baltik, Rumania, Polandia dan menyebarkan orang di sana."
"Bahkan, tampaknya mereka sedang mempersiapkan a place d’armes untuk menyiapkan peralatan dan rencana untuk persiapan rencana besar," kata Klintsevich kepada kantor berita independen Interfax. Places d' armes mengacu pada istilah militer yang menunjukkan persenjataan dan pertempuran posisi strategis.
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan bahwa staf umum Rusia di militer sedang memantau penguatan NATO.
"Namun, hingga saat ini solusi teknologi tinggi kami--meski murah-- mampu memberikan jaminan penuh bahwa kami bisa mempertahankan diri," lanjutnya.
Dalam perang konvensional, angkatan bersenjata Rusia membanggakan keunggulan angka pasukan yang mereka miliki. Departemen Pertahanan memperkirakan bahwa jumlah pasukan di barat berjumlah 400.000.
Angka tersebut kira-kira 10 kali ukuran kekuatan NATO. Meskipun tidak ditempatkan di Eropa Timur, tetapi dimaksudkan untuk mempertahankan wilayah tersebut dengan penyebaran cepat. Setiap negara juga memiliki angkatan bersenjata nasional sendiri dan tidak ada pasukan NATO yang ditempatkan di Eropa Timur secara permanen.
Menurut Klintsevich, Rusia berjanji untuk memperkuat pasukan di wilayah barat. Hal itu terjadi karena NATO terlihat mengumumkan langkah-langkah jaminan lebih untuk sekutu mereka di timur pada pertemuan puncak bulan depan.
Klintsevich menegaskan bahwa Polandia dan Rumania, saat ini menjadi perisai anti-rudal bagi AS, akan diperlakukan sebagai daerah berbahaya bagi Rusia.
"Kami akan mengirimkan peralatan militer, mengerahkan tentara terkait aktivitas NATO. Tentu saja, ini mengancam, lebih dari siapa pun, negara-negara itu memiiki sistem anti-rudal. Kami tidak bisa bersembunyi dari kenyataan ini," tambah Klintsevich.
Latihan Militer NATO di Polandia
Pernyataan Klintsevich bukan tanpa alasan. Pada Senin 6 Juni lalu, latihan militer skala besar yang melibatkan 20 negara NATO dan sekutunya digelar di Polandia.
Rencananya latihan itu digelar 10 hari dengan 30.000 tentara yang didukung sejumlah kendaraan militer berat termasuk pesawat dan kapal. Ini merupakan latihan perang terbesar semenjak Perang Dingin berakhir.
Pihak AS akan merencanakan mengerahkan 14.000 tentara dalam latihan, dan merupakan jumlah terbesar. Negara non-NATO seperti Swedia dan Finlandia rencananya juga akan berpartisipasi. Demikian seperti dilansir dari Reuters.
Dewan Pertahanan dan Keamanan Rusia secara kontroversial mengumumkan pada 2015 bahwa kedua negara tersebut akan menjadi 'target' strategi Rusia kalau NATO nekat menyerang.
Minggu lalu, Presiden Rumania Klaus Iohannis mengatakan Rusia tak bisa mengintimidasi negaranya hanya karena negeri Beruang Merah itu memenuhi komitmennya terhadap Eropa dan keamanan nasional. NATO sendiri telah mempertahankan kekuatannya ke sisi timur dan membuat para sekutunya makin meningkatkan keprihatinan terhadap situasi di Ukraina.