Liputan6.com, Jakarta Pemenuhan nutrisi yang melebihi perempuan normal buat ibu hamil dan menyusui boleh memilih ikut berpuasa atau tidak.
"Kalau bisa tetap berpuasa saja. Puasa itu hanya memindahkan jam makan saja, seharusnya tidak harus dipermasalahkan. Kecuali si ibu memang tidak kuat, tidak fit, dan memang sudah menderita suatu kondisi jauh sebelum dia hamil dan menyusui," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Farahdibha Tenrilemba MKes saat dihubungi Health Liputan6.com pada Selasa (7/6/2016)
Advertisement
Bagi ibu hamil dan menyusui yang mau ikut berpuasa, kata dia, jangan melupakan makanan yang kaya nutrisi. "Di dalam piring harus ada sayur, protein hewani, protein nabati, karbohidrat, dan lemak yang sehat. Jangan lupa harus minum banyak air putih dan mengonsumsi buah-buahan kaya kandungan air."
"Banyak ibu yang mempercayai, kalau dia minum air putih yang banyak, maka produksi ASI juga melimpah. Sedangkan selama puasa, 12 jam lebih mereka tidak minum, apa kabarnya? Makanya, mereka harus minum yang banyak," ujar Farahdibha.
Meski begitu, Farahdibha tidak memberikan takaran air putih yang harus dikonsumsi. Menurut dia, berat badan masing-masing ibu hamil dan menyusui berbeda-beda sehingga kalau diberi takaran, dikhawatirkan ada yang kekurangan dan kelebihan.
"Kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Yang penting tahu batasan diri sendiri saja. Karena selama proses kehamilan, ada hormon oksitosin yang memengaruhi psikologis mereka. Kalau ibu sudah berpikiran negatif, nanti kasihan," kata Farah menekankan.