Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan rata-rata nilai tukar rupiah 13.600 per dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2016. Kurs rupiah dapat bergerak liar dan terdepresiasi apabila perekonomian AS membaik dengan kenaikan tingkat bunga acuan The Federal Reserves di tahun ini.
Gubernur BI, Agus Martowardojo memprediksi rupiah akan bergerak pada kisaran 13.500-13.800 pada 2016. Prediksi tersebut merujuk pada realisasi penguatan mata uang Garuda sebesar 3,9 persen sejak Januari-Juni ini, dan ditutup Rp 13.265 per dolar AS pada perdagangan hari ini (7/6/2016).
Advertisement
“Kami lihat titik kurs rupiah di kisaran 13.500-13.800 per dolar AS di sepanjang tahun ini. Rata-ratanya Rp 13.600. Kurs stabil karena didukung persepsi ekonomi domestik dan stabilitas keuangan lebih baik. Nilai tukar yang stabil hingga Juni ini juga didorong korporasi di dalam negeri yang berorientasi ekspor ikut melepas dolar AS,” tuturnya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa malam.
Apresiasi kurs rupiah, sambung Agus, adalah dampak positif dari komitmen pemerintah melakukan reformasi struktural melalui paket kebijakan. Dari sisi moneter, BI telah menurunkan BI Rate sebesar 75 basis poin dan melonggarkan Giro Wajib Minimum (GWM) 1,5 persen.
Meski demikian, kata Mantan Menteri Keuangan itu, pergerakan kurs rupiah masih dibayangi rencana kenaikan Fed Fund Rate yang diperkirakan 2 kali dalam setahun ini, yakni di Juni dan Desember masing-masing sekali.
Risiko lainnya potensi terjadinya aliran dana keluar (capital reversal) sehingga akan memicu pelemahan rupiah.
“Hingga Juni ada capital inflow sampai Rp 71,7 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 48 triliun. Tapi di Mei lalu banyak juga dana yang keluar. Jadi rupiah bisa melemah lagi kalau ekonomi AS membaik, dan ada risiko kenaikan Fed Fund Rate serta risiko capital reversal,” pungkas Agus.