Liputan6.com, Jakarta Saat tiap orang di dunia merayakan kelahiran seorang bayi dengan mainan dan boneka, masyarakat desa Piplantri di Rajasthan, India, justru merayakan kelahiran seorang anak perempuan dengan menanam 111 pohon. Hal tersebut dilakukan sebagai cara menghormati perempuan.
Di sebagian besar desa di India, tradisi telah mengungkung perempuan menjadi makhluk yang tersubordinasi budaya patriarki. Kelahiran anak perempuan secara historis dianggap sebagai beban bagi keluarga. Dalam pernikahan misalnya, tradisi mengharuskan perempuan berkontribusi pada mas kawin, sehingga pernikahan menjadi suatu yang berat bagi keluarga dengan anak perempuan. Akibatnya, seorang perempuan dianggap lebih rendah di India.
Baca Juga
Advertisement
Munculnya tradisi menanam 111 pohon setiap kelahiran anak perempuan nampaknya ingin mendobrak beban tradisi dan sejarah bagi perempuan di India. Hal ini juga memunculkan harapan baru terhadap nasib perempuan di India yang bisa berubah.
Seperti diberitakan onegreenplanet.com, Rabu (8/6/2016), tradisi menakjubkan ini dimulai saat kepala desa yang bernama Shyam Sundar Paliwal kehilangan anak perempuannya yang meninggal dalam usia muda. Untuk menghormatinya, sang kepala desa menanam 111 pohon. Seiring waktu berjalan, tradisi menanam pohon terus lestari, namun dilakukan saat kelahiran anak perempuan.
Uniknya, meski Paliwal tidak lagi menjabat sebagai kepala desa, tradisi ini terus terpelihara. Bahkan tak hanya menanam pohon, warga desa juga bersatu memberikan sumbangan berupa uang kepada anak perempuan yang baru saja lahir. Uang tersebut untuk memastikan bahwa sang anak tidak pernah dianggap lagi sebagai beban keuangan kedua orangtuanya.
Sebagai timbal baliknya, kedua orangtua harus menandatangani surat pernyataan hukum yang menyatakan sang anak perempuan tidak akan dinikahkan sebelum berusia 18 tahun. Orangtua juga perlu memastikan sang anak perempuan mendapat pendidikan yang layak.
Gehrilal Balai, seorang ayah yang baru saja dikaruniai anak perempuan mengatakan, “Aku merasakan kebahagiaan yang sama, merawat anak dan merawat pohon. Pohon-pohon menjadi simbol untuk bayi perempuan di desa ini, dan kami bekerja keras melindunginya, sama halnya dengan yang kami lakukan untuk melindungi anak-anak perempuan kami dari kesulitan hidup."
Selama enam tahun terakhir, seperempat juta pohon telah ditanam di Piplantri. Hal ini membuktikan, tradisi yang indah menumbuhkan apresiasi yang mendalam, tak hanya untuk keberlangsungan hidup perempuan tapi juga menanamkan rasa yang luar biasa kepada masyarakat tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan.