Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China kembali buka suara terkait sengketa Laut China Selatan. Kali ini mereka menyebut Filipina telah mengacuhkan mekanisme perundingan reguler terkait isu maritim.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan, pintu Tiongkok selalu terbuka untuk menyelesaikan masalah sengketa maritim dengan Filipina melalui jalur perundingan bilateral.
"Kedua negara (China dan Filipina) pada 1995 sudah setuju sepakat menyelesaikan masalah Laut China Selatan dengan cara damai dan santun lewat sebuah konsultasi yang didasarkan pada kesetaraan dan saling menghormati," sebut keterangan pers Kemlu China, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/8/2016).
Kemlu China menyatakan, upaya negosiasi sudah beberapa kali mereka tawarkan ke Filipina. Namun, sampai saat ini jawaban soal negosiasi belum diterima.
"China dalam beberapa kesempatan mengajukan untuk membuat mekanisme konsultasi reguler untuk isu maritim China-Filipina ke Filipina," sambung pernyataan pers tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Tetapi, tanggal atau di mana pertemuan akan dilangsungkan tidak ditanggapi Pemerintah Filipina," sebut Kemlu China.
Sampai sekarang, pernyataan dari Kemlu China masih belum mendapat tanggapan dari Filipina.
Namun belum lama ini, Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte menyebut negaranya tak berniat berperang dengan China dan berkeinginan menggelar perundingan bilateral demi menyelesaikan masalah ini.
Kondisi di Laut China selatan semakin memanas. Ini terjadi usai Filipina memutuskan untuk mengajukan kasus ini ke Mahkamah Arbitrase Internasional setelah China meningkatkan program pembangunan lapangan udara dan fasilitas militer di Kepulauan Spratly. Sementara, kepemilikannya pulau ini diklaim oleh enam negara.
Sikap dari Filipina ini membuat China mengambil langkah keras. Negeri Tirai Bambu menegaskan, tidak akan mengubah posisinya di Laut China Selatan (LCS), apapun hasil keputusan Mahkamah Arbitrase Internasional.