Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan telah menerbitkan surat utang berdenominasi Euro (Euro Bond) tadi malam (7/6/2016). Hasilnya dari target meraup dana segar 3 miliar Euro, total permintaan Euro Bond dari pemerintah Indonesia mencapai 8,36 miliar Euro.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Robert Pakpahan saat ditemui di acara Penandatanganan Perjanjian 6 Proyek Infrastuktur Strategis, mengungkapkan, pemerintah melelang Euro Bond senilai 3 miliar.
Rinciannya, Euro Bond dengan tenor 7 tahun dan 12 tahun yang masing-masing dijatah 1,5 miliar euro. Pemerintah menawarkan imbal hasil atau yield 2,772 persen untuk tenor 7 tahun dan yield tenor 12 tahun sebesar 3,906 persen.
Baca Juga
Advertisement
“Dari transaksi tadi pukul 7 malam waktu London, total book order Euro Bond mencapai 8,36 miliar euro. Untuk tenor 7 tahun, permintaan sampai 4,23 miliar euro dan 4,13 miliar euro untuk tenor 12 tahun,” ujarnya di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (8/6/2016).
Menurut Robert, lelang Euro Bond tahun ini merupakan yang tertinggi dibanding pencapaian transaksi dua tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing kepada stabilitas perekonomian Indonesia.
“Kalau dibandingkan transaksi sebelumnya, ini rekor. Tahun lalu, kita terbitkan (issued) Euro Bond senilai 1,4 miliar Euro, dan pada 2014 pertama kalinya Euro Bond dirilis senilai 1 miliar euro. Dari 8,36 miliar euro, menunjukkan kredit (utang) Indonesia cukup kredibel sehingga menarik minat investor asing,” terang Robert.
Lebih jauh dijelaskannya, pemerintah menerbitkan surat utang dalam mata uang Euro untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan menambal defisit anggaran di APBN 2016. Porsi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dalam mata uang asing, sambung Robert, sebanyak 24 persen dari total penerbitan SBN gross, yakni berdenominasi dolar AS, Euro, dan Yen Jepang.
“Sebanyak 24 persen utang mata uang asing ini memang ada risiko kurs, tapi tingkat imbal hasil jauh lebih rendah dibanding penerbitan utang dalam Rupiah. Disitulah keseimbangannya. Kita terbitkan surat utang mata uang asing untuk memastikan investor asing supaya tidak selalu crowding out di pasar uang domestik,” tandasnya.